"Dina" aku membalikan badan, melihat orang yang memanggil nama ku. Kulihat seorang laki-laki tengah berdiri sambil melambaikan tangannya.
Laki-laki tersebut berjalan mendekati ku, jarak kami semakin dekat wajahnya pun semakin jelas terlihat. Rasanya aku seperti pernah melihat dia tapi aku lupa kami berjumpa dimana.
"Kamu Dina kan ?" Sekali lagi dia kembali bertanya kepada ku. Benar wajahnya tidak terlalu asing. Tapi, siapa dia aku benar-benar tidak ingat.
"Pasti lupa ya" mungkin saking aku bersikeras untuk mengingat dia, hingga aku tidak sadar kening ku berkerut, hingga dia menyadarinya.
"Reza, mantan ketua OSIS SMA 2 kita ketemu pas lomba debat. Mungkin sekitar berapa tahun yang lalu ya ? Pokonya itulah." Dia memberikan tangannya kepada ku dan aku pun segera menjabat tangannya. Benarkah ini Reza yang itu. Bukanya dulu dia tidak seputih ini, kalau dari segi ke tampaan dari dulu Reza memang sudah tampan, tapi seingat ku dulu kulitnya tidak seputih ini.
"Oh, iya aku ingat sekarang. Apakah hobi kamu masih sama?" Reza dulu sempat cerita dia sangat menyukai basket. Maka dari itu kulitnya sedikit coklat, apakah sekarang dia sudah tidak bermain basket lagi. Entah mengapa aku sedikit ingin tahu dengan perubahan dalam dirinya.
"Kenapa ? Aku sekarang lebih putih ? Atau lebih ganteng ? Hanya sekedar informasi saja sih, aku juga sedang jomblo ini, kalau kamu mau aku siap menerima dengan senang hati." Memang benar adanya, bahwa setiap individu pasti berubah baik dari segi fisik maupun sifat. Dulu, Reza tidak begini. Bahkan sifatnya tidak jauh berbeda dengan Atha.
"Hobi ku masih tetap sama" aku hanya menganggukan kepala ku, setelah mendengar jawaban darinya.
"Kamu juga kuliah disini? Mengapa kita baru bertemu sekarang ?" Ini kali pertama kami bertemu, aku tidak pernah melihatnya jika dia memang satu fakultas dengan ku setidaknya kami bisa berpapasan.
"Tidak, aku hanya menemui adik ku. Tadi tugasnya tertinggal di rumah." Oh, pantas saja ternyata adiknya lah yang satu fakultas dengan ku.
"Bisa minta nomor telepon ?" Baru saja aku akan memberikan nomor telpon kepada Reza, Atha datang menarik tangan ku. Dengan terpaksa aku mengikuti langkah kakinya.
"Dina sampai jumpa lagi, kapan-kapan minta nomor telepon mu ya" teriakan dari Reza membuat semua orang melihat kearah kami.
"Jangan berbalik biarkan saja" Atha terus menggenggam tangan ku. Bahkan untuk sekedar berbalik saja aku tidak bisa. Hingga kami sampai di depan kelas ku dia baru menghentikan langkahnya.
"Mulai sekarang jangan pernah memberikan nomor telpon mu kepada sembarang orang. Aku, pergi nanti pulangnya tunggu aku." Sebelum pergi dia mengusap kepala ku. Aku hanya diam mematung melihat kepergiannya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Atha (Lengkap)
Teen FictionNama ku Dina Nabila, panggil saja aku Dina. Ini cerita tentang diriku dan dia yang bernama Atha. Bagi ku Atha adalah warna abu-abu, bukan cuma itu saja. Atha, bagaikan teka-teki yang sulit aku pecahkan. Untuk apa dia menikahi ku jika pada akhirnya s...