Bab 22 : Apa Ini

16.1K 1K 11
                                    

"Aku suami mu" kata tersebut selalu saja berputar di atas kepala ku. Rasanya, aku tidak percaya kata tersebut keluar dari mulut Atha sendiri. Baru kali ini, Atha mengakui dirinya sebagai suami ku. Enggak salah kan, atau mungkin aku sedang berhalusinasi. Saking ingin pendapat pengakuan darinya.

"Ngamun terus, negara kita enggak akan maju kalau kerjaan kamu cuma ngelamun kayak gitu" apalagi ini, dia yang sekarang duduk di samping ku tiba-tiba berbicara. Sebenarnya kali ini Atha lagi bicara serius atau becanda sih. Sebab raut wajahnya enggak ada perubahan sama sekali, mau pura-pura ketawa takutnya aku disangka gila lagi. Mau diambil serius, takutnya nanti dia malah menceramahi ku. Hidupku memang serba salah kalau bersama Atha.

"Jangan mangap kayak gitu, enggak ada cantik-cantik di depan suami" jangan bilang dari tadi aku beneran mangap seperti yang dikatakan Atha barusan. Ya Allah, aku malu banget mana bawa kata cantik lagi. Dan enggak usah di pertegas terus, aku juga tahu bahwa Atha adalah suami ku.

"Suami ngomong itu di dengerin, terus di jawab. Jangan cuma lihatin wajahnya saja. Kalau kamu mau tahu, mata kamu dari tadi melototin aku. Enggak bikin takut sama sekali sih, cuma rasanya aku risih di liatin kayak gitu." Atha mode cerewet kayak gini, bikin aku enggak bisa berkata-kata. Jujur dalam kepala ku rasanya blank banget. Mana sekarang dia blak-blakan lagi. Semenyeram kan itukah wajah ku kali ini. Mungkin saking kagetnya aku dengan dia, aku sampai tidak bisa mengontrol eskpresi wajah ku sendiri.

"Aku laper banget, dari tadi siang belum makan, boleh minta tolong gorengin aku telur. Telor buatan kamu enak beda sama bikinan aku sendiri." Aku hanya dapat mengangguk-anggukan kepala, saat mendengar permintaannya. Sebegitu pesat kah hubungan kami berubah. Hingga suami yang ada di samping ku ini, tidak segan untuk menyuruh ku melakukan sesuatu.





Bersambung

Why Atha (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang