Prolog

43.2K 1.7K 16
                                    

Menikah di usia muda terlihat sangat mengasyikkan. Tidak ada lagi kata malam Minggu melamun di rumah atau begadang karena nonton drama Korea.
Kemana-mana bisa pegangan tangan tanpa takut akan dosa.

Hal itulah yang aku pikirkan dulu, sebelum aku menikah dengan nya. Aku pikir akan seperti itu. Namun kenyataannya sangat jauh berbeda.

Ini bukan tentang pernikahan yang kami sembunyikan. Buktinya, seluruh kampus tahu aku adalah istrinya. Dari penjaga gerbang, hingga dosen. Entah apa salah ku,  hingga membuat dia berprilaku seperti itu. Setiap aku berpapasan dengan penghuni kampus.

Semua orang memandang ku kasian, banyak juga dari mereka yang memandangku penuh dengan ekspresi mengejek.

Dalam pandangan mereka aku adalah istri yang tidak diinginkan. Istri yang tidak dianggap keberadaannya. Sungguh sangat menyedihkan.

Tidak ada yang membelaku kecuali kedua sahabat ku. Hanya mereka yang selalu menjadi teman curhat ku. Bahkan kedua orang tua ku pun tahu apa yang di lakukan oleh menantunya. Namun, mereka seorang menutup mata. Dengan semua yang aku alami.

Jika aku mengadukan kelakuan sang menantu tercinta kepada mereka. Bukan orang itu yang di nasehati, tapi aku. Selalu aku dan aku yang menjadi tempat yang salah. Ternyata memang benar seperti itu.

Semua ini memang salah ku yang menerima lamaran dirinya. Salah ku yang memberikan hidup ku untuknya. Salah ku yang percaya bahwa dia adalah laki-laki yang terbaik dan bertanggung jawab.

Jika boleh meminta aku ingin memutar kembali waktu. Masa dimana saat lamaran itu terjadi. Dengan tegas aku akan menolak dirinya. Bahan mungkin, aku akan menghindari setiap pertemuan dengannya. Namun itu semua hanyalah bunga tidur untuk ku. Nasi sudah menjadi bubur. Orang itu telah sah menjadi suamiku.

Salah satu sahabat ku pernah berkata. Aku hanya harus banyak bersabar. Namun, yang menjadi pertanyaan harus sampai kapan aku melakukannya.

Adakah kisah hidup bahagia selamanya untuk ku, seperti kisah sebuah dongeng.
Walau dalam perjalanannya harus tertatih dan merangkak.

Aku harap diri mu juga mengharapkan hal sama untuk pernikahan kita.

Bagaimana Atha ? Apakah kamu setuju ?

Why Atha (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang