Sebenarnya aku sangat penasaran dengan pembicaraan mereka tadi. Tapi, untuk langsung bertanya kepada Atha, aku masih belum berani. Sedari tadi aku hanya memandang handphone saja. Tidak ada satu pun pesan masuk, sungguh tidak ada bedanya dengan dulu.
Dulu sebelum menikah aku selalu berkhayal mendapatkan suami yang dapat aku andalkan. Setidaknya, untuk teman chattingan ketika bosan. Memang beginilah takdir hidup ku harusnya aku bersyukur bukan ?.
Tidak terasa waktu cepat berlalu, tahu-tahu sudah memasuki waktu istirahat makan siang. Aku dan kedua sahabat ku sepakat untuk makan di kantin fakultas saja. Karena cuaca sangat panas, untuk makan di luar rasanya tidak memungkinkan.
Hari ini Rena lah yang bertugas memesan makanan. Aku dan Ica hanya duduk diam menunggu.
" Jadi, apa kata Atha ?" memang, aku sempat bercerita kepada mereka tentang Atha dan Raya. Mana ku tahu nanya saja belum. Baru saja aku akan menjawab pertanyaan Ica. Getaran dari handphone , membuat ku mengurungkannya.
Atha : Sudah makan ?
Demi apa satu pesan masuk dari Atha, aku benar-benar tidak percaya.
"Ca, tolong cubit tangan ku" tidak lama, aku merasakan sakitnya cubitan Ica. Tapi tidak apa-apa, berarti ini nyata. Mungkin, saking penasarannya Ica sampai melihat handphone ku.
"Benar-benar bucin, biasa aja kali" aku menghiraukan ucapan pedas Ica. Kedua tangan ku sedang sibuk mengetik balasan untuk Atha.
Me : Baru pesan, kamu udah makan ?
Semoga saja Atha membalas pesan ku.
Atha : Dimana ?
Jadi pertanyaan ku tidak Atha jawab, dan dia malah balik nanya, menyebalkan sekali.
Me : Kantin
Tidak ada balasan darinya, aku sudah biasa seperti ini. Pesanan kami akhirnya datang, melupakan rasa kesal ku kepada Atha, lebih baik aku makan dengan banyak.
Makanannya terasa sangat pedas, tiba-tiba ada orang yang mengulurkan gelas kepada ku. Segera ku teguk hingga tandas. Saat aku mengembalikan gelas, aku baru sadar ternyata ada orang yang duduk di sebelah ku.
"Kenapa ? Cepat habiskan !" Sejak kapan Atha ada disana. Sekarang dengan santainya Atha kembali melanjutkan makannya. Aku memandang kedua sahabat ku. Kami bertiga berpandanngan. Aku mencoba mencari informasi dari mereka.
Ternyata memang benar, saking asiknya aku makan. Aku sampai tidak sadar dengan kehadiran Atha. Bukan cuma aku saja yang kaget. Ternyata, seisi kantin pun sama. Aku sangat yakin, pasti berita ini akan langsung menyebar.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Atha (Lengkap)
Teen FictionNama ku Dina Nabila, panggil saja aku Dina. Ini cerita tentang diriku dan dia yang bernama Atha. Bagi ku Atha adalah warna abu-abu, bukan cuma itu saja. Atha, bagaikan teka-teki yang sulit aku pecahkan. Untuk apa dia menikahi ku jika pada akhirnya s...