Baru kali ini melihat Atha makan goreng telus dengan begitu rakus. Lapar sekali kah dia. Jika biasanya aku hanya bisa melihat wajah dinginnya, kali ini tidak. Entah mengapa aku merasa Atha terlihat lebih hangat dari biasanya.
"Alhamdulillah" Atha terlihat sangat kenyang, bagaimana tidak. Dua goreng telur tersebut Atha makan sendiri, belum lagi nasinya. Memang benar kata ibu ku dulu, porsi makan kepala keluarga lebih banyak karena harus mencari nafkah untuk anak istrinya. Dan itu membutuhkan tenaga yang ekstra.
Aku melihat Atha membawa piring menuju wastafel, sepertinya dia akan langsung mencucinya.lebih baik aku segera mencegahnya.
"Biar aku saja" kali ini Atha tidak mendengar kan panggilan ku. Atha terus saja melakukan kegiatannya.
Baik untuk kali ini, akan aku biarkan Atha seperti itu. Aku ini memang sangat aneh, harusnya aku bahagia Atha mau membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Tapi mengapa rasanya seperti ada yang salah.
"Kebiasaan" suara Atha mengagetkan ku, akhir-akhir ini sepertinya aku banyak melamun dan semua itu karena Atha.
Setelah itu Atha pergi menuju kamar, masa aku juga harus ikut. Dari pada mengikuti ke kamar lebih baik aku duduk di ruang televisi saja. Itung-itung bersantai menghilangkan rasa lelah.
Pada kenyataannya tv lah yang menonton diri ku. Aku terhanyut dalam obrolan chat bersama teman sekolah ku dulu. Entah mengapa kali ini grup alumni SMA yang biasanya sepi seperti kuburan kali ini ramai seperti pasar.
Bahkan orang yang mengerut ku paling sibuk kini ikutan nimbrung. Aku tidak bisa menahan tawa saat salah satu dari teman ku melempar kan candaan yang seru.
"Ngapain ketawa-ketawa" apa suara tawa ku begitu kencang hingga Atha merasa terganggu. Ya, sepertinya Atha kembali ke bentuk semula mukanya kembali datar seperti menahan kesal.
"Ngetawain apa ?" Saking penasarannya Atha sampai merebut ponsel ku. Atha membaca isi chat grup ku. Dan kepalanya hanya manggut-manggut saja. Padahal aku penasaran, apakah Atha akan tertawa seperti ku. Jawabannya jelas tidak Atha langsung mengembalikan ponsel ku.
"Tadi ada yang nanyain kabar, kenapa enggak di bales. Terus tadi ada yang ngajakin kamu balikan, bilang langsung maaf udah punya suami. Atau jangan-jangan kamu sengaja enggak bilang agar dikira masih sendiri lagi. Mulai sekarang profile picture kamu enggak usah di ganti, aku udah ganti dengan foto pernikahan kita." Apa Atha mengada-ada, dari sepanjang chat yang aku baca tidak ada yang mengajak aku balikan, punya mantan pacar juga enggak. Kalau yang nanyain kabar memang tadi aku sempat baca, tapi karena yang chat banyak jadi ketimbun. Dan aku lupa siapa yang bertanya tadi.
"Kenapa juga tadi kamu enggak ngikutin aku masuk kamar, enggak tahu apa suami tuh mau ganti baju. Bukanya ditemenin eh malah duduk sambil ketawa-ketawa." Terserah kata Atha aku hanya bisa menggut-manggut saja.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Atha (Lengkap)
Teen FictionNama ku Dina Nabila, panggil saja aku Dina. Ini cerita tentang diriku dan dia yang bernama Atha. Bagi ku Atha adalah warna abu-abu, bukan cuma itu saja. Atha, bagaikan teka-teki yang sulit aku pecahkan. Untuk apa dia menikahi ku jika pada akhirnya s...