eleven

1.6K 305 48
                                    



Kehadiran Haechan mengundang tanda tanya di benak Doyoung. Menantu tertua keluarga Seo itu nyaris melempar celemeknya karena terkejut saat Haechan menyembulkan kepala di dapur.

Haechan berdecak. Mengambil makanan anjing di rak atas dan memberikannya pada Baekdu.

"Jangan berlebihan, Kak."

"Aku tidak berlebihan! Kau yang aneh sekali."

"Kau yang aneh!" elak Doyoung, "Bukankah kau seharusnya pergi bersama Jaemin ke salon?"

"Kenapa?"

"Kau harus tampak cantik, kan? Kau akan menjadi pasangan Jung Jeno malam ini."

Haechan menggeleng santai, masih berjongkok mengusak surai Baekdu yang menyalak antusias sebagai balasan.

Semakin mendusal pada telapak hangat pemiliknya.

"Tidak?"

"Aku akan tetap berangkat bersama kalian. Bukankah sudah jelas?"

Doyoung, menghabiskan nyaris setengah masa hidupnya bersama Haechan, cukup paham. Alat memasaknya diletakkan.

Ia mengambil langkah mendekat. Bersila di samping Haechan. Memaksa adik iparnya itu untuk menatapnya tepat di mata.

"Tidak ada yang ingin kau ceritakan? Apapun?"

"Tidak ada," Haechan menggeleng ribut, "Kami tidak berangkat bersama karena satu dan lain hal. Bukan sesuatu yang harus kuceritakan padamu."

Hela nafas kasar terbuang. Doyoung berdiri, menarik Haechan bersamanya. Adik iparnya itu tak bersemangat dan seorang Seo Haechan seharusnya selalu bersemangat.

Aneh. Rasanya aneh jika Haechan sediam ini.

Walau ocehannya sering memekakkan telinga, tapi Doyoung sudah terlampau terbiasa.

"Aku akan memasak khusus untukmu hari ini. Lalu biarkan aku membantumu berdandan, ya?"

"Terakhir kali tidak berakhir baik."

"Seo Haechan!"

"Baiklah-baiklah."

Doyoung benar-benar memasak. Berkutat selama hampir setengah jam di dapur dan tersenyum puas saat Haechan memuji masakannya.

Ia kemudian meminta Haechan untuk mandi sementara ia mengobrak-abrik isi lemari si bungsu Seo.

Haechan jarang mengoleksi gaun-gaun mewah untuk pesta. Gaunnya cenderung sederhana tanpa ornamen-ornamen yang memberatkan.

Poin penting yang ditekankan Haechan adalah bisa dipakai berlari ke toko buku dan memanjat pohon kapanpun ia mau.

Pilihan Doyoung jatuh pada hanbok manis yang dihadiahkan sang ibu padanya tahun lalu. Sudah jarang keluar dari lemari pakaian, namun masih tampak bagus.

"Serius? Kau akan memakaikan itu padaku?"

"Oh, hentikan, Haechan. Kau akan terlihat luar biasa!"

"Terakhir kali kau juga bilang begitu, Kak."

"Berhenti menguji kesabaranku, astaga!"

"Bukan itu maksudku," pergerakan Doyoung ditahan, "Ini hadiah dari ibumu, kan? Apakah tidak apa-apa jika kupakai?"

Senyum terulas. Ekspresi khawatir Haechan justru semakin menguatkan niat Doyoung.

"Tidak masalah. Kau harus terlihat cantik agar Jeno menyesal tidak membawamu!"

•••

Sesuai dugaan Doyoung, Haechan menjadi pusat mata. Menimbulkan siulan menggoda dari setiap pria yang ia lewati.

Wanita itu abai. Tetap menempel pada Yuta dan menyapa siapapun yang ia kenal.

Bahkan sesekali ikut menimpali perkataan Tuan Kim tentang pendidikan dan bisnis. Sampai-sampai Mark harus menariknya agar tidak ikut campur lebih jauh.

"Kak!" panggilan Jisung mengudara. Bungsu Jung berlari kencang menubruk tubuh mungil Haechan.

Sungchan mengikuti di belakangnya. Membungkuk meminta maaf pada orang-orang yang tak sengaja menjadi imbas tindak ceroboh adiknya.

"Maafkan aku, Nona Seo. Tingkah adikku pasti mengganggumu," ucapnya formal.

Haechan sempat menaikkan alis. Menurut saja saat Sungchan merunduk dan berbisik di telinganya.

"Maaf, tapi orangtuaku memperhatikan. Jadi aku harus begini."

Haechan terkekeh, "Tidak masalah, Tuan Jung. Ia pasti memiliki sesuatu yang penting untuk disampaikan kepadaku, kan?"

Jisung mengangguk cepat. Menarik Haechan ke tepi ruangan. Ada banyak hal yang ingin ia bicarakan tentang naskah baru penulis favoritnya ini.

"Aku menangis."

"Hah?"

"Aku menangis karena membaca bukumu, Kak. Kau jahat sekali."

Tawa Haechan mengudara, "Kau ini! Aku kira kau patah hati karena ditolak oleh putri keluarga Zhong."

"Enak saja! Kami sudah bertunangan, kok!"

"Benarkah? Selamat, Jisung. Tidak sia-sia ya membaca buku-bukuku selama ini?"

"Buku-bukumu membantu, Kak. Bahkan Chenle bilang ia ingin bertemu denganmu."

"Oh ya? Ajaklah ia ke rumahku kapan-kapan. Aku juga ingin mengenal gadis yang berhasil mencuri hatimu itu."

"Tentu saja. Akan kubawa ia padamu," sahut Jisung antusias.

Pembicaraan mereka terhenti karena kedatangan Jeno. Tampan dalam balutan tuxedo hitam sewarna legam arang. Bepadu sempurna dengan surai pirangnya yang jatuh sempurna di kening.

Dihampiri cepat-cepat oleh si empunya acara. Choi Lia, bungsu keluarga Choi. Membungkuk anggun layaknya seorang putri keluarga konglomerat lalu mengamit lengan Jeno tanpa ragu.

Haechan diam. Memperhatikan.

Oh, siapa yang tidak akan tertarik pada seorang Jung Jeno?
















slight for next chapter:

"Bolehkah aku mengajakmu berdansa, Nona?"

——

"Namaku Huang Renjun, Nona Seo. Dan aku tau tentangmu dan putra kedua Jung."


















gaun Haechan:

gaun Haechan:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Surrender (Nohyuck)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang