"Sampai kapan?"Pertanyaan Sungchan menyongsong Jeno pagi itu. Ia bahkan belum sempat meneguk kopi favoritnya ataupun mengancingkan kemejanya.
"Sampai kapan apanya?"
Hela nafas mengalir dari bibir yang lebih muda, "Kau dan Kak Haechan."
"Apa yang kau bicarakan? Kami baik-baik saja."
Sungchan menghela nafas sekali lagi. Menarik kursi tepat di hadapan sang kakak. Ia tidak buta dan tidak bodoh.
Dan ia khawatir.
Pada Jeno? Tentu saja tidak. Untuk apa merasa khawatir pada manusia dingin itu?
Ia khawatir pada Haechan. Sahabatnya yang senyumnya terasa aneh belakangan ini.
"Jangan bohong padaku."
"Aku tidak sedang berbohong padamu, Sungchan."
"Kalau begitu ceritakan padaku, Kak."
"Kau ingin aku cerita apa?" Jeno meletakkan cangkirnya. Sekali ini saja, ia akan menjadi kakak yang baik.
"Mengapa kau menyembunyikan hubunganmu dengan Kak Haechan dan malah menempeli Choi Lia kemana-mana?"
"Kau—"
"Karena Kak Haechan aneh? Karena Kak Haechan berbeda dari wanita-wanita bergaun lebar di luar sana?"
"Apa maksudmu?" merasa terganggu, sang kakak mengernyit.
"Aku tidak tahu. Tapi itulah kesan yang kutangkap darimu, Kak."
Jeno menggeleng, "Aku tidak ingin dia terluka, Sungchan. Kau masih terlalu muda untuk mengerti tentang ini. Kembali ke kamarmu atau bermainlah sana, ya?"
Desis jengkel Sungchan utarakan. Jeno selalu begini. Merasa paling dewasa di rumah ini.
Rasa kesalnya sudah menumpuk di dada. Syukurlah kedua orangtuanya bertandang merayakan pernikahan paman mereka.
"Aku hanya satu tahun lebih muda darimu, Jung Jeno."
"Sungchan, dimana sopan santunmu?"
"Kenapa? Kau akan bilang aku kehilangan sopan santunku karena terlalu banyak bergaul dengan Kak Haechan?" ia menyalak keras.
Jeno tertegun. Wajahnya memerah cepat.
Sungchan diam-diam meneguk liurnya gugup. Kakaknya marah, ia tahu. Tapi melihat Haechan selama ini menghapus rasa takutnya.
"Haechan itu wanita tanpa tata krama yang abai pada cemooh dan kritik orang lain. Mendobrak semua tradisi yang ditetapkan untuk seorang wanita. Kau yang bilang begitu. Ingat?"
"Haechan akan mengangkat dagunya tinggi-tinggi dan menampar telak semua orang dengan sikap acuhnya. Kau yang bilang begitu padaku, Kak."
"Dan sekarang kau bilang kau menyembunyikan hubungan kalian karena takut ia terluka? Apa kau sedang bercanda?"
"Tanyakan pada dirimu apa alasannya," dengan berani, telunjuk Sungchan mendarat di dada yang lebih tua, "Karena kau takut ia terluka, atau karena kau takut harga dirimu sebagai Jung Jeno tercoreng?"
"Ini urusanku dengan Haechan!" sentak Jeno. Menepis telunjuk Sungchan kuat sampai sang adik limbung.
"Aku rasa Kak Haechan yang sebenarnya melindungimu di sini. Tapi baiklah, terserah padamu. Terus saja begitu sampai kalian menjadi saudara...saudara ipar?"
Kali ini perkataan Sungchan berhasil menarik atensi Jeno. Lengannya bergerak mencengkeram pundak Sungchan.
Abai pada ringis pelan yang keluar dari bibir adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender (Nohyuck)✔️
Fanfic𝘞𝘩𝘦𝘯𝘦𝘷𝘦𝘳 𝘺𝘰𝘶'𝘳𝘦 𝘳𝘦𝘢𝘥𝘺, 𝘸𝘩𝘦𝘯𝘦𝘷𝘦𝘳 𝘺𝘰𝘶'𝘳𝘦 𝘳𝘦𝘢𝘥𝘺 𝘊𝘢𝘯 𝘸𝘦, 𝘤𝘢𝘯 𝘸𝘦 𝘴𝘶𝘳𝘳𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳? ■GS■ ■probably kinda short chapters■ ■latarnya back in the old times■