sixteen

1.5K 328 50
                                    



"Selamat Natal! Sehat selalu untuk kalian."

Di malam Natal yang indah ini, keluarga Seo menjadi berkah yang luar biasa.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa visual mereka di depan pintu rumah menjadi yang paling dinanti.

Mereka akan menyambangi setiap rumah. Membawakan kue dan makanan buatan tangan tanpa pamrih.

"Nenek!" sapa Haechan ramah. Berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan nenek penjual buah yang sudah akrab.

"Selamat Natal, Haechan."

"Selamat Natal juga, Nenek. Mengapa nenek masih berjualan di malam natal begini? Sini, Haechan bantu."

Mendengar suara Haechan, Yuta menyembulkan kepala dari toko bukunya. Ikut menghampiri dan mengajak si nenek untuk masuk ke dalam toko.

"Kak Yuta ada cokelat panas?"

"Ada, Haechan. Di rak kedua."

"Oke."

Pria Jepang itu terkekeh di sela kegiatannya menyampirkan selimut pada tubuh sang nenek. Lucu rasanya melihat Haechan sibuk bergerak kesana kemari.

Setelah memastikan sang nenek penjual buah nyaman, Haechan dan Yuta berpamitan untuk keluar.

Yuta juga menyampaikan bahwa ia dengan senang hati akan membiarkannya tinggal selama apapun.

"Selamat Natal, Kak Yuta," sekantung kue disodorkan.

Yuta menerimanya. Memberikan sebuah buku tulis kecil sebagai gantinya.

"Selamat Natal. Aku menunggu tulisanmu, Haechan. Segeralah menulis lagi."

"Akan kuusahakan. Segeralah menikah, Kak Yuta. Aku tidak sabar menggendong bayi lagi."

"Aku akan melamar Winwin besok. Doakan ya."

"Aku doakan yang terbaik untuk kalian. Semangat!"

"Semangat!"

Haechan berpamitan. Berlari menjauh sembari bersenandung riang walau harus menerima pukulan telak di kepala dari Doyoung yang sempat panik mencari.

"Kau ini kemana saja, Bocah?"

"Aku hanya menghampiri Kak Yuta, kok!"

"Harusnya kau bilang padaku!"

"Tadi kau tidak ada, Kak!"

Tok tok tok

Pintu di depan Yangyang terbuka. Seorang wanita paruh baya dengan dandanan khas keluarga konglomerat membuka pintu.

"Selamat Natal, Nyonya."

"Sela—oh."

Yangyang mengernyit bingung. Mengikuti arah pandang wanita di hadapannya.

Yang jatuh pada sang suami.

"Jadi kau wanita yang dinikahi anak itu," wanita itu berucap sinis, "Ck, pergilah. Aku muak melihat wajahmu."

Tepat sebelum pintu ditutup, suara lantang Haechan menginterupsi.

"Maaf, tapi bisakah kau paling tidak menerima kuenya?"

Wanita itu berbalik, "Apa jaminan bahwa kalian tidak memasukkan apapun di dalamnya?"

"Jaminan?" Haechan terdiam sejenak, kembali menatap garang wanita menyebalkan itu,

"Aku bisa saja melukaimu saat ini juga tanpa perlu memasukkan racun di dalam sana, Nyonya Jung. Aku rasa kapak di halamanmu itu senjata yang cukup tajam."

Suara lainnya terdengar di balik punggung Nyonya Jung. Lebih berat dan maskulin.

"Siapa yang dat—Sungchan? Haechan?"

"Kak Jaehyun!"

Jaehyun tersenyum lebar, "Masuklah dan makan malam bersama kami."

"Tapi sepertinya Nyonya Jung tidak menghendaki kehadiranku di sini. Ah, lebih tepatnya kehadiran putranya sendiri?"

"Abaikan dia dan masuklah. Aku merindukan Sungchan dan aku juga ingin mengenal adik iparku."

•••

Canggung.

Rasanya canggung sekali.

Keluarga Seo akhirnya masuk ke dalam setelah Johnny tiba-tiba menampakkan diri di belakang Haechan.

Membuat ruang makan keluarga Jung yang pada dasarnya memang sangat besar jadi terisi penuh dan ramai.

Jisung melepas rasa rindunya pada Sungchan. Berceloteh panjang lebar tentang kegiatannya juga berkenalan dengan Yangyang.

Johnny dan Jaehyun berbicara seperti biasa. Berbincang panjang lebar tentang bisnis dan semacamnya.

Membuat Tuan dan Nyonya Jung heran melihat kedekatan mereka.

"Jeno," Haechan spontan menahan pergerakan Jeno, "Bukankah kau tidak suka kerang?"

"Ah, ada kerangnya? Aku tidak lihat."

"Sini biar kusingkirkan untukmu."

"Kalian saling mengenal? Bagaimana kau tau kalau Jeno tidak menyukai kerang?"

"Ah, dia ini..." Jeno tergagap mendengar pertanyaan ibunya. Melihat kesana kemari mencari jawaban, "Teman. Iya dia temanku—"

"Kami berteman," jawab Haechan.

Jika Jeno tidak mau mengakui Haechan sebagai kekasihnya, maka tidak ada alasan bagi Haechan untuk mengakui Jeno sebagai kekasihnya.

"Calon kekasih putra sulung keluarga Choi," timpal Doyoung cepat. Menggenggam telapak Haechan di bawah meja.

"Benarkah?"

Haechan menggigit bibirnya ragu, "Kami hanya dekat, Nyonya."

"Jangan merendah, Kak," Sungchan mengikuti arah permainan Doyoung, "Semua orang tahu dia menyukaimu."

Jeno meneguk liurnya kasar. Sudah sejauh itukah hubungan Haechan dan putra sulung keluarga Choi?












maafkan aku yang bombardir update kayak gini😭😭😭
takut keburu sibuk terus malah jadi hutang....

anyway, enjoy!

Surrender (Nohyuck)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang