Tidak ada hari yang lebih indah daripada hari datangnya musim semi. Seisi kota setuju tentang hal ini. Mengesampingkan perdebatan-perdebatan mereka sebelumnya.
Kediaman Seo biasanya akan jadi yang paling sibuk. Doyoung sudah berkutat di dapur sejak pagi.
Kali ini hanya Haechan yang ada di sana. Tidak ingin merepotkan Jaemin yang sudah semakin kewalahan membawa bobot tubuhnya sendiri.
"Kau cukup berbakat dalam hal ini," pujian meluncur dari bibir Doyoung, "Mengapa kau tidak membuka toko makanan saja?"
Haechan mendengus, "Kau tahu minatku tidak di sana, Kak."
"Ya, tidak ada salahnya mencoba."
"Gagal itu memakan biaya. Aku lebih memilih mengeluarkan uang untuk membeli kertas dan tinta daripada harus melewati kebangkrutan."
Doyoung hanya bisa menggeleng tak percaya. Tiga tahun membuatnya cukup terbiasa.
Bukan hanya Haechan. Johnny dan Mark pasti akan memberi jawaban yang serupa. Padahal keluarga Seo itu kaya. Tapi ketiganya seolah menutup mata tentang hal itu.
Setelah kedua orangtua mereka meninggal dunia, seluruh harta warisan jatuh ke tangan Johnny. Mendiang Tuan Seo adalah anak tunggal, jadi warisan yang jatuh dua kali lipat.
Johnny menerima. Tapi tetap membanting tulang untuk membiayai hidupnya. Doyoung juga tak pernah berpikir untuk meminta agar suaminya berhenti.
"Jaemin, duduklah."
"Biarkan aku bergerak, Mark! Kau ini berlebihan!"
"Aku tidak berlebihan, Sayang," Mark mendesah frustrasi, "Duduklah kembali."
"Tapi aku ingin melihat songpyeon-nya!"
Mark tidak pernah bisa menolak kemauan istrinya. Menuntun Jaemin ke dapur dengan ekstra hati-hati.
"Cantik sekali!" pekik kagum wanita itu utarakan, "Bolehkah aku meminta satu?"
Jaemin, menjadi kesayangan keluarga Seo, menerima lebih dari satu. Senyum manisnya memang meluluhkan semua orang.
"Enak. Siapa yang membuatnya?"
"Aku," sahut Doyoung, "Haechan membantu. Lebih banyak memakan sisa bahan daripada membuatnya, sih."
"Itu disebut menghargai setiap suap makanan, Kak. Tidak semua orang bisa makan seperti ini," Haechan mengelak sembari memasukkan songpyeon lainnya ke mulut.
"Aish! Berhenti memakannya!"
Perrikaian mereka berhenti kala tiba-tiba erangan menyakitkan keluar dari bibir Jaemin. Mark menopang tubuh istrinya panik.
"Bayinya! Ini bayinya!" final Doyoung. Membantu Mark membawa Jaemin ke tempat tidur.
Haechan segera bersiap. Melipat lengan kemejanya sampai siku dan menyelipkan ujung roknya ke pinggang. Abai pada betisnya yang terlihat.
"Aku akan memanggil Nyonya Park!"
Di saat seperti ini, Mark mensyukuri kepribadian aneh adiknya. Nyaris menjatuhkan setetes air mata ke arah punggung Haechan yang menjauh dengan cepat.
Berlari.
Gadis itu berlari cepat. Agak terlalu cepat untuk ukuran seorang wanita.
Menubruk tubuh menjulang Tuan Park yang sedang mengisap cerutu di halaman rumahnya.
Mengenal Haechan dengan akrab, Tuan Park mengukir senyum, "Selamat pagi, Haechan."
"Selamat pagi. Apa Nyonya Park ada di dalam?"
![](https://img.wattpad.com/cover/249319056-288-k466139.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender (Nohyuck)✔️
Fanfiction𝘞𝘩𝘦𝘯𝘦𝘷𝘦𝘳 𝘺𝘰𝘶'𝘳𝘦 𝘳𝘦𝘢𝘥𝘺, 𝘸𝘩𝘦𝘯𝘦𝘷𝘦𝘳 𝘺𝘰𝘶'𝘳𝘦 𝘳𝘦𝘢𝘥𝘺 𝘊𝘢𝘯 𝘸𝘦, 𝘤𝘢𝘯 𝘸𝘦 𝘴𝘶𝘳𝘳𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳? ■GS■ ■probably kinda short chapters■ ■latarnya back in the old times■