Teman yang Dijodohkan
"Ini ... apa?" tanya Nugie bingung ketika melihat nasi goreng yang dibentuk kotak seperti kue, lalu ditancapi lilin di atasnya. Mana lilinnya angka 88 pula. Berasa densus.
"Tiup lilinnya, Bro!" buru Ramli. "Keburu netes lilinnya. Nanti jadi nasi goreng lilin."
Mendengar itu, Nugie langsung meniup lilin itu dan cepat-cepat memindahkan lilinnya.
"Tapi, kenapa nasi goreng, sih?" tanya Nugie.
"Kan, makanan kesukaan kita semua. Makanan pemersatu," sahut Ramli.
Nugie manggut-manggut. "Trus, kenapa lilinnya kayak densus gitu? 88?"
"Biar lo ingat ini Hari Laut Sedunia," jawab Wiki, disambut tawa Ramli dan Awan. Sementara, Nugie mendesis kesal.
"Tapi, lo tadi nggak make a wish, Bro?" tanya Awan.
"Oh iya, lupa," jawab Nugie. "Wish gue, semoga tahun depan gue bisa nikah sama satu-satunya cinta dalam hidup gue."
"Dih, bukannya doain kita-kita," cibir Wiki.
"Ngapain doain kalian? Yang ultah kan, gue. Kalau mau doain diri kalian ya ulang tahun sendiri sana!" sombong Nugie.
"Nggak baik ngeledek orang yang belum ulang tahun," celetuk Ramli. "Lagian, kalau wish-nya diucapin gitu, nggak bakal terkabul, tahu! Rasain lo!" Ramli tertawa ngakak di akhir kalimatnya sambil tos dengan Awan dan Wiki, sementara Nugie merengut sebal.
"Tapi, ini kalian dapat dari mana kue ulang tahun model gini?" tanya Nugie.
"Nggak usah pakai pidato deh, buruan lo cobain itu," buru Wiki yang juga sudah tahu tentang sejarah kue nasi goreng itu.
Nugie mengambil sendok dan mengambil sesendok penuh nasi goreng, lalu memasukkan ke mulutnya. Dua detik kemudian, Nugie bergidik.
"Gila, ini nasi goreng manis banget. Kalian beli di mana, sih? Nggak enak, sumpah!" tandas Nugie.
Ramli melirik hati-hati ke arah Danita yang duduk di karpet dengan Adel yang menemani Axel bermain. Ramli menelan ludah ngeri. Kan, niatnya mengerjai Nugie, bukan meledek Danita. Baru kemarin dia berteman dengan Danita. Dasar Nugie, Perusak Hubungan Orang!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me If You Dare (End)
HumorRamli adalah anak yang dikorbankan orang tuanya untuk bakti mereka pada sang Kakek. Sebagai anak yang berbakti, Ramli harus menuruti orang tuanya dan pasrah saja ketika dijodohkan. Niat hati ingin kabur, tapi nanti Ramli tak punya uang. Sudah bodoh...