Bab 9 - Calon Bos

995 139 31
                                    

Calon Bos

Kenapa harus orang seperti Ramli yang dijodohkan dengan Danita?

Danita tidak keberatan jika calon suaminya adalah pria yang dingin, gila kerja hingga tak bisa memberinya perhatian, atau bahkan pria yang sudah punya kekasih dan akan sibuk dengan kekasihnya alih-alih dengan Danita. Namun, punya calon suami seorang pria bodoh, penakut, dan tidak berguna seperti Ramli tentu lain ceritanya.

Danita menghela napas menatap Ramli yang terbaring di ranjang rumah sakit, tak sadarkan diri. Pingsan karena shock. Danita tak bisa membayangkan, betapa shock-nya otak Ramli karena tiba-tiba diajak bekerja pria itu. Entah pekerjaan bodoh macam apa yang dilakukan otak Ramli tadi, tapi Danita sepertinya bisa menebaknya dari reaksi Ramli sepanjang perjalanan menuju taman hiburan tadi. Pria itu berpikir tentang bagaimana Danita akan membunuhnya. Pikiran yang bermanfaaat, sarkas Danita.

Danita sedang menimbang-nimbang untuk menunggu Ramli sadar atau meninggalkannya ketika pintu kamar rawat VIP itu terbuka dan masuklah serombongan manusia rusuh yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat-sahabat Ramli. Mereka bertiga menghambur ke ranjang pasien tempat Ramli berbaring tak sadarkan diri. Salah satu dari mereka mengguncang bahu Ramli, satunya mengguncang kaki Ramli, dan satunya mengguncang ranjang. Pantas saja otak Ramli dalam kondisi seperti itu, lihat saja kelakuan teman-temannya.

"Kamu apain dia?" Awan menatap Danita dengan tatapan menuduh. "Kamu benar-benar bunuh dia? Rem blong atau sianida? Yang mana?"

"Siapa yang bilang gitu, sebenarnya?" Danita penasaran juga.

"Adel. Aku pikir, dia cuma bercanda, ternyata kamu ..."

Adelia Wiratmadja pasti sudah kehilangan akal sehatnya karena menikahi pria itu. Orang bodoh macam apa yang percaya omongan gila seperti itu? Well, orang bodoh itu ada empat dan semuanya berkumpul di sini. Paket lengkap.

"Aku nggak ngapa-ngapain dia," jelas Danita sesabar mungkin.

"Trus, kenapa dia ada di sini?" Kali ini si Wik yang berteriak.

"Karena dia pingsan," jawab Danita.

"Ya, dia pingsannya karena apa?" tuntut teman Ramli yang lainnya. Namanya ...

"Namamu siapa?" tanya Danita akhirnya.

"Nugie Andriano, ulang tahun tanggal enam Juni," jawab pria itu.

"Kenapa pakai dikasih tanggal?" tanya Awan.

"Ya, siapa tahu mau dikasih kado," sahut Nugie.

Hebat sekali. Satu geng otaknya tidak ada semua rupanya.

"Dengar, teman kalian itu pingsan karena ... shock. Aku cuma bawa dia ke taman hiburan baru punya kakeknya dan ..."

"Kamu mau bunuh dia di sana?" Awan terbelalak ngeri.

"Mau kamu apain dia? Dijatuhin pas naik roller coaster, kan?" tuduh si Wik.

"Pasti mau dijadiin hantu di rumah hantu," sambar Nugie.

"Aku ..."

"WHOAAA!!!" Suara teriakan itu membuat Danita dan ketiga teman Ramli seketika terlonjak kaget, sementara pelakunya, Ramli, melotot ngeri menatap sekeliling.

"Di mana gue? Apa gue udah di surga?" tanya pria itu dengan bodohnya.

"Kamu pikir, kamu bisa masuk surga semudah itu?" sinis Danita.

Ramli menoleh padanya dan kembali berteriak ketakutan. "Malaikat Kematian!" semburnya.

Ingin rasanya Danita mewujudkan ucapan pria itu. Menjadi malaikat kematian Ramli sepertinya bukan hal yang buruk.

Marry Me If You Dare (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang