Kisah Sedih dari Masa Lalu
Danita dan Ramli sedang berada di lift ketika tiba-tiba lift berhenti dan lampunya padam. Danita mengernyit dan refleks langsung waspada. Seketika, ia seolah kembali ke masa lalu. Ruang sempit yang gelap. Suara tawa menjijikkan. Danita merasa sesak napas.
Ia tersentak ketika merasakan sentuhan di lengannya. Dengan kasar, Danita menepis tangan yang menyentuh lengannya.
"Danita?" panggil Ramli.
Ramli. Itu hanya Ramli. Danita seketika jatuh lemas karena lega di lantai lift.
"Danita? Kamu pingsan?" panik Ramli.
Lalu, Danita melihat cahaya senter. Sama seperti waktu itu. Cahaya senter itu menyelamatkan Danita. Ia menatap ke sumber cahaya, dan orang di balik cahaya itu. Danita benar-benar kembali ke masa lalu. Mata itu. Mata itu masih sama.
"Kamu ..." Suara Danita bergetar.
"Iya, ini aku, Ramli. Kamu nggak pa-pa?" tanya Ramli.
"Kamu nggak pa-pa?" Suara yang sama.
"Di mana SMA-mu dulu?" tanya Danita.
"Hah? SMA? Kenapa? Kamu pingsan, ya? Pasti ngigau, ya?" Ramli mulai panik.
Danita mencengkeram pergelangan tangan Ramli yang membawa ponsel yang menyorotkan cahaya ke arahnya.
"Nggak baik gangguin murid lain. Aku akan laporin kalian." Setelah mengatakan itu, anak yang menyelamatkan Danita itu babak belur dihajar tiga orang murid laki-laki yang nyaris melecehkan Danita. Untungnya, satpam sekolah memergoki mereka.
Besoknya, ketiga murid itu dikeluarkan dari sekolah, di-blacklist dari sekolah mana pun dan hidup mereka hancur. Sementara, penyelamat yang tak pernah diketahui Danita itu seolah menghilang bagai ditelan bumi. Tanpa Danita tahu siapa orangnya. Hingga saat ini.
"Kamu dulu pernah sekolah di sekolah punya kakekmu?" tanya Danita.
Ramli mengangguk. "Kakek pernah cerita, ya?" Ramli balik bertanya. "Tapi, aku pindah sekolah pas kelas sebelas. Nyak nggak suka aku sekolah di sana."
Danita menahan napas. Ramli. Orang itu Ramli.
"Kamu pasti takut gelap, ya?" tiba-tiba Ramli bertanya. "Makanya, kamu sampai hampir pingsan dan sengaja ngajak aku ngobrol apa aja biar nggak takut lagi?"
Danita mendengus tak percaya. Saat ini, Danita tak lagi merasa takut meski terjebak di tempat sempit dan gelap ini. Ramli bersamanya. Danita akan baik-baik saja. Takdirnya benar-benar lucu.
***
Setelah menghubungi petugas gedung, ternyata ada kesalahan staf. Seharusnya mereka hanya mematikan listrik di taman bermain, tapi listrik di kantor ikut dimatikan. Namun, meski listrik sudah menyala, sepertinya lift-nya bermasalah karena pintunya tidak mau dibuka dan para staf sedang mengupayakan untuk membuka pintu lift-nya.
Sementara itu, Ramli dan Danita yang terjebak di dalam lift, duduk bersebelahan di lantai lift. Kali ini, sudah tidak gelap lagi, tapi sedari tadi Danita terus menatap Ramli. Dengan alasan keamanan, Ramli menggeser duduknya.
Danita mendengus geli. "Kenapa? Kamu takut aku akan bunuh kamu di sini?"
Ramli menelan ludah ngeri.
"Kamu tahu nggak, gimana aku bisa ikut pulang sama kakekmu?" tanya Danita.
Ramli menggeleng.
"Dulu, waktu aku di panti asuhan, aku di-bully anak-anak lain dan kakekmu yang nyelamatin aku. Setelah itu, aku dibawa pulang ke rumah kakekmu," urai Danita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me If You Dare (End)
HumorRamli adalah anak yang dikorbankan orang tuanya untuk bakti mereka pada sang Kakek. Sebagai anak yang berbakti, Ramli harus menuruti orang tuanya dan pasrah saja ketika dijodohkan. Niat hati ingin kabur, tapi nanti Ramli tak punya uang. Sudah bodoh...