Bab 5 - Ramli Alamsyah Brahmana

1.2K 169 28
                                    

Ramli Alamsyah Brahmana

Pagi itu, Ramli datang ke kantor Danita dengan penuh persiapan. Bersama ketiga temannya, Ramli memasuki gedung kantor itu. Kali ini, Ramli datang dengan jas yang ia pinjam dari Awan. Meski ia mendapat warna jas yang mencolok. Hijau. Adel yang memilihkannya. Namun, Ramli merasa menjadi pria paling keren sedunia ketika memakai jas. Memang, kadar ketampanan seorang pria akan meningkat jika memakai jas.

"Kita mau main film apaan, sih?" tanya Nugie dengan tololnya. "Kenapa kita pakai jas warna-warni kayak permen gini?" Memang, selain Ramli yang memakai jas warna hijau, Awan memakai jas warna hitam, Nugie memakai jas cokelat, dan Wiki memakai jas almamater kampus warna kuning.

Ramli menatap Nugie dengan mencela. "Lo tuh, udah di-breakfast ..."

"Briefing!" sambarWiki kesal. "Lo nggak usah sok-sokan pakai bahasa Inggris kalau nggak ngerti! Malu-maluin, tahu!"

Ramli cuek. "Biar makin keren di depan si Danita itu."

"Bohong," tepis Awan. "Semalam aja gue rasanya pengen ngubur lo, Ram, saking malunya."

"Udah gue duga!" sambar Nugie.

"Kalian ini, mau dikasih makan gratis bukannya makasih, malah ngomel!" kesal Ramli.

"Ya, lo nggak kira-kira ngajak nyari makan gratisnya," desis Awan. "Menurut lo, normal makan gratis di kantor orang begini? Urat malu lo tuh pasti udah lo makan pas lo lahir saking rakusnya lo kalau makan."

"Mulut lo nggak pernah sekolah emang, ya!" Ramli tak terima.

"Otak lo yang nggak pernah sekolah!" balas Awan kesal.

"Lo pergi, deh! Nggak usah ikut makan gratis!" usir Ramli. "Biasanya juga lo yang paling demen makan gratis. Mentang-mentang udah punya bini tajir ..."

"Gue juga tajir sekarang!" sembur Awan.

"Cih, sombong! Mentang-mentang sekarang gue yang miskin ..."

"Lo miskin dari mananya sih, Ram?" protes Nugie. "Ini gedung yang kita pijak bukannya punya Kakek lo?"

"Oh ya?" Ramli melotot kaget.

"Dahlah, gue balik aja." Wiki geleng-geleng kepala, sudah berbalik, bersiap pergi, tapi Ramli segera menahan tangannya.

"Eh, jangan balik sekarang! Ntar lo nyesal nggak ngerasain nasi goreng enak di sini!" tahan Ramli.

"Permisi!" Suara tegas itu menarik perhatian Ramli dan ketiga temannya pada satu orang yang sama.

Ramli menatap orang itu. Tubuhnya besar, tinggi, jas yang dia pakai serba hitam. Seperti di film Man in Black.

"Mohon untuk tidak membuat keributan di sini, Pak. Apa Bapak-bapak sekalian ada keperluan di sini?" tanya pria Man in Black itu.

"Saya ada janji sarapan di sini," beritahu Ramli.

"Maksudnya janji sama Danita," Awan menyambar.

"Bu Danita?" tanya si Man in Black.

"Iya," jawab Ramli.

Si Man in Black tampak berbicara lewat walkie talkie di tangannya. Sesekali sambil menatap Ramli dan ketiga temannya dengan curiga.

"Mari ikut saya," ajak si Man in Black.

Lalu, dia memimpin Ramli dan ketiga temannya ke meja resepsionis. Para karyawan yang memenuhi lobi kantor itu sampai ikut menatap mereka berempat. Hingga tiba-tiba, seorang pria berusia paruh baya dengan kacamata tebal melihat Ramli dan tampak terkejut.

Marry Me If You Dare (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang