03 | Bad Day

718 140 37
                                    

Layaknya Super hero, Miyeon berhasil membuat gadis itu tersungkur dengan kondisi rambut kacau. Rambut panjang yang telah di tata rapi lengkap dengan bandana itu, kini hanya tinggal kenangan.

Tau istilah Bad hair bad day, kan sobat? Tentu saja gadis itu merasa jengkel sekaligus malu sekarang. Rambutnya hancur, karena ulah seorang gadis bar-bar.

"Heh! Berani banget lo!" Satu teman Fafa maju selangkah untuk mendorong bahu Miyeon. Sekaligus memberi tahu bahwa orang yang baru saja ia dorong merupakan ketua geng di sekolah ini.

"Siapa yang takut sama cabe-cabe tukang bully kayak dia emang?" jawab Miyeon keras. "Beraninya cuma nindas anak orang!"

"Gak usah ikut campur ya lo anak baru! Lo siapanya anak manja ini emang hah? Sok-sokan ngebela lagi cuih!" Fafa bangkit, maju untuk mendekati Miyeon.

Miyeon makin menajamkan matanya, saling adu tatap penuh benci dengan gadis itu. Andai aja dia bisa jujur mengatakan siapa sebenarnya dirinya.

Sedikit Miyeon melirik Heejin yang tertunduk, merasa takut. Beruntung Sana dengan sigap merangkul putrinya itu.

"Choi Miya, jadi itu nama lo ya? Anak baru sok pemberani?" timpal Fafa dengan senyum sinisnya. Perlahan tangannya naik untuk menyentuh bahu Miyeon, mendorongnya beberapa kali dengan gerakan pelan.

"Gue ingatin lo sekali lagi, Choi Miya." Miyeon masih diam saat kembali menatap Fafa yang semakij membuatnya emosi.

"Heejin itu anak koruptor. Bokapnya sudah ambil semua uang yayasan di sekolah ini, dan lo tau gak?" Fafa menunjuk Heejin dengan dagunya, "dia gak pantes buat sekolah di sini. Harusnya dia sadar kalau semua anak di sekolah ini, benci sama dia."

Kini kesabaran Miyeon telah habis. Begitu ucapan Fafa yang menyakitinya, dan tentu untuk Heejin juga. Wajah Miyeon merah padam, sebelum meluncutkan aksinya untuk menarik kembali rambut gadis itu kini dengan lebih bringas. Tanpa melepasnya lagi, Miyeon menjambak tanpa rasa ampun, membuat Fafa berteriak kesakitan.

Suasana kantin yang heboh, semakin heboh saat aksi jambak-jambakan itu terjadi lagi. Tidak ada yang melerai karena tahu tidak akan membuahkan hasil, maka anak-anak di sana memilih untuk menonton atau mengabadikan moment peperangan itu dengan ponselnya. Seru sekali sampai-sampai, Sungchan cs memasang taruhan.

"Kalo yang menang nona Miya, gue traktir mie ayam!"

"Dih, gue juga tim Miya!"

Sementara Sana yang juga keikut terpukau melihat keahlian sahabatnya berkelahi, melupakan Heejin yang tiba-tiba hilang dari rangkulannya. Sana bersorak meneriaki nama Miyeon seakan tidak sedang menonton tinju mike tyson.

"Miyeon eh Miya! Jangan mau kalah!" soraknya heboh.

Sampai akhirnya Sana tersadar akan kehilangan Heejin. Gadis itu kebingungan sendiri, celingak-celinguk mencari duplikat Miyeon itu di antara kerumunan di sana.

"Mampus, Heejin malah hilang!" Padahal Sana ingin memperlihatkan bagaimana hebatnya ibu gadis itu berkelahi. Setidaknya Heejin bisa berbangga sedikit atas kemampuan berkelahi Miyeon.

"Yeon!" Sana memutuskan teriak memanggil Miyeon yang tentunya sia-sia karena gadis itu sibuk mengerahkan seluruh tenaganya untuk bertarung dengan Fafa.

"Haduh! Bisa mati nih, si Miyeon cuma gara-gara ini berantem gak jelas!" Sunggut Sana lupa bahwa tadi ia heboh dengan pertarungan ini. Sekarang ia memikirkan bagaimana menghentikan aksi brutal Miyeon ini,

dan Sana mendapatkan akal akan itu.

Dengan cepat ia berlari, kemudian beberapa menit kemudian kembali bersama beberapa rombongan berseragam coklat lengkap dengan penggaris panjang dan buku piket di tangan mereka.

Hi, Bye! Mama  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang