08 | Belum Selesai

579 120 18
                                    

"Gue di mana?!"

Miyeon berteriak sendiri saat menyadari ruangan yang kini ia tempati. Tidak mungkin rumah nenek memiliki ruangan seperti ini 'kan? Atau mungkin di sekolah, sangat tidak mungkin walau itu uks sekali pun.

Dia pun tidak ingat mengapa dirinya bisa berada di sini. Seingatnya, tadi malam ia sempat bercengkrama bersama Nenek dan lalu jatuh tertidur di depan teras rumah lalu bangun dengan keadaan seperti ini.

Aneh bukan?

"San!" Oke, dia memutuskan untuk memanggil nama temannya yang dari awal terus ikut bersamanya. Tidak mungkin jika Sana tidak ada di sini.

"San lo di mana—"

"Berisik!"

Miyeon mengerjap dengan dada tersentak kaget. Bukan suara Sana, melainkan suara dari sosok pria paruh baya berjas putih yang tiba-tiba muncul dari balik tirai.

Jadi, dia benar-benar ada di ruangan dokter huh? Miyeon masih mengingat siapa pria itu, yang menjadi biang mengapa ia bisa kembali ke masa lalu.

"Dokter!" Pekik Miyeon heboh ketika sang dokter dengan kesal tengah beranjak, duduk di hadapan Miyeon.

"Ganggu saya tidur aja kamu!" omelnya dengan suara parau.

"Dok, anda masih punya banyak utang sama saya!" seru Miyeon yang lantas membuat si dokter mengernyitkan dahi.

"Sejak kapan? Kamu rentenir?"

"Ya enggak. Ini tentang perjalanan waktu yang saya alami saat ini, dok. Anda adalah orang terakhir yang saya temui saat itu, sebelum saya dan temen saya masuk ke—"

"Ke dimensi lain?" potong dokter cepat.

"Ya, sejenis itu lah."

"Terus kamu minta saya jelasin apa?"

Miyeon menggaruk pipinya ragu, "apa kemarin itu adalah kenyataan? Maksud saya, apa saya bisa menolong Heejin?"

Agak lama Miyeon mendapatkan balasan karena si dokter malah sibuk sendiri menulis sesuatu di bukunya.

"Apa kamu kira kamu sedang bermimpi, Miyeon?"

"Yahh, sepertinya begitu," jawab Miyeon kikuk, "saya seperti bertemu Heejin dengan wujud saya saat memakai seragam sekolah. Saya enggak tau apa itu nyata atau hanya sekedar mimpi—"

"Itu nyata. Kamu sedang berada di dimensi di mana kamu kembali tepat satu tahun yang lalu,"

Miyeon terdiam sejenak. Itu berarti, usahanya kemarin memang bukan sekedar angan-angan belaka, bukan?

"Dan tentang waktu yang diberikan, dua belas hari? Saya berada di sana untuk dua belas hari kedepan?" Dan sekarang telah berjalan lima hari, membuat Miyeon pusing karena waktunya malah dipakai untuk kembali ke masa sekarang.

"Yap, itu pinter kamu," sahut dokter, "sudah dapat arlojinya? Itu sebagai oengingat waktu kamu untuk berada di sana."

Sontak membuat Miyeon menoleh pada benda keras di genggamannya. Entah sejak kapan ia bersama benda tua bangka itu.

"Terus, kenapa saya bisa kembali di sini lagi dok? Urusan saya di sana belum selesai dan Sana! Dia masih di sana?" Mendadak Miyeon menjadi heboh. Lupa kalau belum dua belas hari, ia harus kembali ke mari, tanpa membawa Sana pula.

Si Dokter yang tiba-tiba memasang raut agak meragukan, membuat Miyeon semakin takut karena bisa saja ia tidak kembali lagi ke dimensi satu tahun lalu.

"Dok, jawab napa dah!"

"Mungkin ada sedikit kekeliruan sama dimensinya. Maklum sudah umur berabad, jadi suka error." Jawaban dokter semakin membuat Miyeon melotot dan cemas tingkat dewa.

Hi, Bye! Mama  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang