Yang bisa Miyeon lakukan saat ini hanyalah terdiam. Begitu penuturan yang meluncur dari bibir Heejin, membuat Miyeon tidak bisa bersuara lagi.
"Untuk besok, jangan lakuin itu lagi,"
Miyeon hampir kehilangan kesempatan bersama Heejin, saat gadis itu hendak meninggalkanya. Beruntung, Miyeon menahan lengan gadis itu untuk tetap duduk di sana.
"Gak. Mulai besok gak akan ada lagi orang yang ganggu kamu. Mama—" Miyeon terdiam sejenak menyadari ia keceplosan akan sesuatu.
Di sana Heejin memandangnya dengan mata menyipit. Entah, mungkin bingung dengan ucapan Miyeon.
"Aku yang jaga kamu." Ralat Miyeon cepat. Tidak ingin membuat Heejin berpikir aneh-aneh tentang kesalahannya barusan.
Bisa ia lihat reaksi kesal Heejin selepas Miyeon mengatakan itu. Gadis itu melepas tangannya dengan sedikit kasar.
"Dasar orang aneh!"
Heejin tentu tidak akan mengira ada seseorang yang berlagak seperti pahlawan macam Miyeon ini. Walau bagaimana pun ia tidak habis pikir dengan kelakuan gadis di hadapannya ini.
Apa sebenarnya Miyeon adalah orang jahat? Adalah orang yang sengaja mendekatinya semata-mata ingin menghancurkan hidupnya? Itulah yang menjadi buah pikiran Heejin saat ini.
•••
Miyeon melangkah lunglai bersama Sana di sebelahnya. Akibat penolakan Heejin tadi, membuat gadis itu lemah letih lesu seperti kekurangah darah. Ah! Lebih tepatnya Miyeon merasakan darahnya sebagian menghilang saat putrinya meninggalkannya sendiri di lapangan tadi.
"Dasar orang aneh!"
Yah, sebenarnya Miyeon tidak menyalahkan Heejin, sih. Ucapan anak itu tentu tidak salah, apalagi mengetahui perlakuan Miyeon memang terbilang aneh, yang notabene hanyalah seorang anak baru di sekolah ini.
Tanpa melakukan pendekatan, dia sudah berani ambil risiko untuk mendekati putrinya itu. Memang terlalu berani dan pantas saja Heejin takut dengannya.
Pasti Heejin mengira Miyeon adalah seorang perempuan penyuka sesama jenis. Malah pakai adegan tangan segala lagi, tadi. Makin-makin merinding melihatnya.
"Goblok!"
Umpatan yang lama tidak ia lontarkan itu keluar begitu saja, membuat Sana terlonjak kaget.
"Santai bos! Ngapain misuh-misuh!" protes Sana hampir menempeleng Miyeon.
Miyeon menghentikan langkahnya. Berbalik menghadap Sana dengan wajah risau.
"Gimana pun caranya, gue harus bisa lindungin Heejin, San. Gue gak mau liat dia ditindas kayak tadi lagi!"
Dan dengan begitu Miyeon harus lebih ekstra untuk mendekati Heejin.
"Iya tau, tapi gak usah ngegas gitu, dong! Liat noh, cicak aja sampe kaget denger suara lo!"
"San, gue serius!"
"Iya, Miyaaaa gue juga serius." Kalau tidak serius, kenapa Sana rela ikut masuk ke dalam dimensi waktu ini? Eh, ralat. Sana bukan rela, tetapi tidak sengaja ikut masuk dan mau tidak mau harus membantu temannya, yang sampai sekarang entah akan melakukan apa.
"Gimana pun caranya gue harus bisa deketin Heejin." Miyeon berikrar janji pada diri sendiri.
"Oke sister! God bless you." Sambung Sana sambil menepuk bahu Miyeon seakan memberi semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Bye! Mama ✔️
FanfictionHanya kisah Miyeon yang harus kembali mengenakan seragam SMA-nya demi menyelamatkan putrinya yang terbaring sekarat. Miyeon harus bertemu Heejin dalam bentuk dirinya yang berumur tujuh belas tahun. Dia kembali ke masa satu tahun silam, sebelum trag...