13 | Permintaan

611 124 16
                                    

"Yeon?"

Masih bergelut dengan pikirannya sendiri, Miyeon bahkan tidak sadar bahwasannya Jaehyun sejak tadi memanggil namanya. Tidak ada lagi yang ia pikirkan selain pertanyaan, bagaimana cara keluar dari masa ini. Karena Miyeon tidak tahu di mana letak benda keramat alias arloji itu sekarang, yang diketahui adalah jalan utama ia melompat waktu.

Apakah dia terjebak selamanya di sini? Hah? Ingat kata dokter kemarin tidak? Kalau mesin waktu ini sering error karena sudah terlalu tua. Jadi, ini salah satu bukti kerrorannya begitu? Oke baik, jangan sampai setelah ini Miyeon terjebak di masa ia bayi atau saat menjadi nenek-nenek.

Lalu kembali pada Jaehyun yang masih sabar memanggil namanya. Sampai di mana Miyeon tersadar saat tangannya diraih oleh pria itu.

"Lo ngapain?!"

"Kamu gak papa?"

Pertanyaan yang berlawan arah. Jaehyun mengernyitkan dahinya, mendapati reaksi berbeda dari Miyeon. Sementara Miyeon baru menyadari bahwa saat ini ia adalah pacar Jaehyun. Harus bersikap manis dan lembut dong ya.

"Gak papa." Miyeon menarik tangannya, tidak lagi menatap Jaehyun karena agak nervous jika terus-terusan melihat wajah itu.

"Oh," respon Jaehyun pendek. Tidak ada lagi percakapan setelahnya, karena sama-sama bingung untuk memulai. Terutama Miyeon, yang setengah mampus harus melakukan apa setelah ini. Karena jujur saja, Miyeon lupa-lupa ingat bagaimana cara berpacarannya dengan Jaehyun dulu.

Maklum sudah dua puluh tahun lebih dia meninggalkan masa itu, dan sekarang mendadak harus kembali tanpa persiapan 'kan agak ribet memulainya.

"Miyeon," lalu terdengar lagi suara serak Jaehyun, lantas membuat Miyeon menoleh sedikit.

"Maaf buat kemaren," ucap pria itu pelan.

Di hadapannya Miyeon hanya diam, karena tidak tahu mengapa pria itu mengucapkan maaf. Apa ada kesalahan yang baru Jaehyun lakukan kemarin? Selingkuh? Main api? Mabuk?

"Aku betul-betul lupa kalau ada janji makan malam sama keluarga kamu. Tadi malam ada rapat osis, semua anggota gak ada yang bener kerjaannya, dan aku harus handle semua kerjaan apalagi sebentar lagi TM sekolah, yang buat aku harus ekstra kerja lebih keras."

Ah! Jadi, hanya karena itu Jaehyun meminta maaf? Hm, tidak harus dipermasalahkan harusnya ya?

Yah, untuk di umur segini, mungkin Miyeon tidak mempermasalahkannya. Tetapi, coba kita putar bagaimana jika Miyeon sedang berada di umur delapan belas tahun yang sebenarnya? Tentu saja dia akan marah atau merajuk.

"Oh, gak papa Jae, santai aja." Jawaban Miyeon pun terlewat santai sampai membuat Jaehyun menampakan wajah herannya.

"Kamu gak marah?"

"Ya gak lah. Aku ngerti kalau kamu sibuk."

Entah mengapa tiba-tiba Miyeon bisa berinteraksi selembut itu pada Jaehyun. Bahkan panggilannya pun sudah aku-kamu, walau agak cringe di telinga saat mendengarnya sendiri.

"Makasih, Sayang."

Hampir terlonjak karena kalimat terakhir dari Jaehyun membuat Miyeon menggeleng kepala, tidak percaya bahwa dia benar-benar sedang berada di masa lampau.

"Gak! Gak, ini harus selesai sekarang juga." Ungkap Miyeon pada dirinya sendiri.

Kemudian wanita itu menghadap Jaehyun yang kembali menatapnya penuh tanya.

"Kamu kenapa—"

"Mungkin kamu harus tau ini. Percaya gak percaya kamu harus dengar cerita aku, Jaehyun."

Hi, Bye! Mama  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang