E P I L O G U E

1K 149 46
                                    

Sana hanya berdiam diri saat tubuhnya sudah kembali berpijak di masa satu tahun, di masa seharusnya ia berada. Berdiam diri di sebuah halaman rumah yang tidak asing untuknya.

Dia kira, ia akan kembali ke rumah sakit. Entah akan bertemu Heejin, memberi tahu bahwa Mamanya sudah tiada. Tetapi salah. Sana malah berakhir di depan rumah gadis itu, tanpa tahu apa alasan ia berada di sana.

Apa mungkin ada sesuatu yang berubah?

"Tante Sana?"

Sana berkedip beberapa kali di saat seorag gadis yang tak lain adalah Heejin tengah hadir di hadapannya. Gadis itu terlihat sehat dan baik-baik saja.

"Heejin...," ucap Sana.

Bukankah harusnya Heejin berada di rumah sakit? Dia masih belum sepenuhnya sadar 'kan? Tetapi kenapa bisa ada di sini?

"Tante kenapa baru datang? Minju kumat lagi ya?"

Dan semakin bingung dengan pertanyaan Heejin.

"Maksud kamu?" tanya Sana, "memang ada apa?"

Heejin mengerutkan dahinya. Merasa Sana terlalu aneh hari ini.

"Tante lupa kalau hari ini adalah satu tahun kepergian Mama? Kita baru adain hajatan doa untuk Mama, Tante."

Jadi, benar-benar berubah? Takdir ini telah berubah sembilan puluh derajat? Begitu kah?

"Heejin? Bukannya kamu di rumah sakit?" Sana masih tidak percaya.

"Rumah sakit? Kenapa aku harus di rumah sakit, Tan? Aku sehat, kok."

Sana mengangguk-angguk dengan tatapan masih belum percaya.

"Lalu Papa kamu di mana? Sedang bersama Mama tiri kamu?"

"Hah? Tante lupa kalau mereka sudah berpisah ya? Papa sudah cerai dengan Tante Jiho beberapa bulan lalu."

Apa lagi ini? Kenapa semua berubah begitu drastis, hingga Sana tidak percaya bahwa perihal perjalanan waktu mereka bisa berdampak begitu besar pada masa depan.

"Tante Sana sehat 'kan? Kenapa kok bingung begitu?" Heejin menatap pada Sana yang cengo sesaat. "Ayo, lebih baik kita masuk, Tan. Ada Papa di dalam, mungkin kalian bisa ngobrol bentar."

Yah, Sana memang harus mengobrol dengan Jaehyun. Harus memastikan bahwa ini adalah kenyataan.

x X x

Sana sudah duduk bersama Jaehyun di sofa. Tidak ada Heejin, karena gadis itu sibuk mengurusi bekas acara yang baru saja terlaksana di rumah. Heejin begitu semangat dan juga terlihat tegar. Sana memerhatikan itu sejak tadi.

"Jadi, kamu baru datang, San? Gak bawa Yuta sama Minju?" tanya Jaehyun kalem.

Sana menggeleng. Bagaimana bisa dia membawa Suami dan anaknya kalau dia sendiri baru saja sampai dari masa lalu?

"Jaehyun, jadi ini nyata?"

"Nyata gimana?"

"Miyeon.., Miyeon sudah meninggal?"

Agak sensitif namun Jaehyun berusaha untuk tegar saat mendapatkan pertanyaan aneh dari Sana.

"Kamu lupa kalau satu tahun lalu dia kecelakaan?"

Jadi, kejadian itu benar. Benar-benar terjadi.

"Lalu apa Heejin...,"

"Heejin baik-baik saja. Setelah kejadian itu, aku mutusin buat berjuang untuk Heejin. Menjaga dia, seperti yang Miyeon pesan padaku."

Sana mengerutkan dahinya, "pesan?"

"Yah, sebuah pesan melalui mimpi. Aku seperti bertemu dengan dia saat itu. Berdamai untuk anak kita."

Jaehyun tersenyum lirih mengingat beberapa kenangan satu tahun lalu yang semoat singgah walau hanya melalui mimpi.

"Dan kamu tau, San? Setelah itu aku baru menyadari kalau, aku masih, mungkin masih berharap dia ada di sini. Berharap untuk kembali bersama aku."

Itu pun alasan mengapa Jaehyun memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Jiho. Karena masih ada tersisa, bukan sisa melainkan hatinya masih utuh milih wanita itu.

Sana yang terlanjut tidak bisa menahan tangis berakhir sesegukan di sana. Jaehyun yang bingung melakukan apa pada akhirnua memanggil Heejin untuk menenangkan sang Tante yang biasanya cerewet itu.

"Tante jangan nangis,"

Sana semakin mewek dan langsung memeluk Heejin. Seakan gadis itu adalah sosok Miyeon yang ia rindukan.

"Heejin harus tau, kalau Mama kamu sangat mencintai kamu. Sangattt mencintai kamu."

x X x

Dunia yang awalnya gelap, tiba-tiba saja menjadi terang saat mata itu terbuka secara perlahan. Miyeon mengira ia sudah berada di akhirat, tetapi nyatanya ia harus kembali melihat dunia yang err, apa ya? Tidak bisa dikatakan bahwa dia masih di bumi juga, sih. Yang jelas Miyeon tidak asing dengan tempat dimana saat ia pertama kali membuka mata.

Oh, atau mungkin ia sudah menjadi arwah? Arwah gentayangan? Hah?! Kejahatan apa yang Miyeon lakukan sampai ia bisa menjadi arwah seperti ini? Harusnya dia sudah ada di surga, karena baru saja berkorban dengan ikhlas demi putrinya. Harusnya.

Tetapi, bisa jadi ia juga dihukum karena dengan seenak jidat mengubah takdir seseorang.

Serba salah memang.

Baik, kita lupakan tentang itu. Mari fokus dengan apa yang tengah terjadi pada Miyeon saat ini.

Miyeon bangkit dari tidurnya. Sedikit memerhatikan penampilannya yang ... tidak berbeda dengan penampilan yang pernah ia pakai saat salah melompat waktu kemarin.

Tidak salah lagi. Ini tahun 1999. Masa SMA yang kembali, mungkin kembali terulang.

Lantas, untuk apa dia kemari? Untuk apa dia malah berada di sini? Miyeon tidak ada urusan apa-apa lagi 'kan?

Atau mungkin Miyeon sudah benar-benar menjadi arwah yah?

"Miyeon?"

Tetapi, jika ia menjadi arwah harusnya orang di depannya tidak bisa melihatnya dong, bahkan menyapanya. Tetapi kenapa ini bisa?

"Cho Miyeon anak kelas 10? Yang tadi mecahin kaca ruang osis?"

Miyeon tahu siapa yang penegur di depannya.

"Kenalkan, Jung Jaehyun anak kelas 11. Ketua Osis yang akan menghukum kamu."

Benar-benar di luar nalar. Miyeon benar kembali lagi.

Tidak, mungkin diberi kesempatan lagi.

ENDING

Sedikit epilog tidak jelas hihi karena di awali prolog maka akan ditutup dengan epilog
Byeeee

Hi, Bye! Mama  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang