"Dua belas hari?"
Jadi, Miyeon menghabiskan malam hanya untuk bergelut dengan pikirannya sendiri. Mengkorelasi semua kejadian awal mula Heejin terbaring di rumah sakit, menghubungkan dengan waktu yang saat ini mereka tempati, serta arloji tua yang ia yakin merupakan sebuah batas waktu dimana dirinya berada di dunia ini.
"Dua belas hari itu waktu kita di sini?" seru Sana ketika baru bangun tidur, sudah dihebohkan dengan kehadiran Miyeon yang sudah rapi pakai seragam di sebelahnya.
"Kemungkinan besar," Miyeon menunjukan arloji tua itu di depan wajah Sana, "waktu sudah jalan satu hari, sekarang hari kedua buat kita di sini San."
"Dan gue gak mau nyia-nyiain waktu untuk nolong Heejin."
Sana manggut-manggut sambil menggaruk kepalanya, "terus gimana rencana lo habis ini?"
"Samperin Heejin. Yakinin dia kalau gue bisa jadi temannya, sampai dia mau ceritain semua masalahnya sama gue." Ucap Miyeon.
"Walau masalah dia adalah mamanya sendiri, lo sanggup denger itu?"
Karena Miyeon pernah bercerita, bahwa dirinya lah yang menjadi penyebab keterpurukan Heejin selama ini. Dan mungkin, ia harus tahan banting jika suatu saat Heejin mengatakan bahwa dirinya lah yang menjadi biang masalah selama ini.
x X x
Miyeon dan Sana masih menunggu Heejin di depan gerbang sekolah. Layaknya tukang palak, kedua gadis itu berdiri sambil melirik satu per satu siswa-siswi yang nampak asing melihat mereka.
Ya, siapa sih yang tidak bingung dengan datangnya dua siswi cantik namun brutal, karena baru hari pertama masuk sekolah sudah memulai keributan di kantin. Terutama Miyeon. Sudah di cap sebagai anak baru ikan hiu, karena berani mencari mangsa modelan Fafa si Ratu sekolah.
"Hay cantique," sapa Sungchan si playboy yang memiliki ketertarikan pada kedua gadis itu.
"Aduh mulai deh!" Gerutu Miyeon melihat Sana yang sudah meladeni Sungchan cs di sana.
Bersamaan dengan melintasnya Heejin di depan, dengan wajah datar. Sontak saja Miyeon bergegas mengikuti gadis itu dan meninggalkan Sana bersama Sungchan cs di sana.
"Heejin!"
Teriakan pertama Miyeon diabaikan. Bahkan Heejin mempercepat langkah kakinya guna menghindari Miyeon.
"Heejin!"
Panggilan kedua yang juga tak membuahkan hasil.
"Heeji—"
"Woi anak baru!"
Tepat panggilan ketiga, Heejin berhenti. Bukan karena panggilan Miyeon, melainkan hadangan dua oranh gadis yang berseragam sama namun berbeda perawakan.
"Oh, jadi dia pawangnya anak manja ini? Anak baru yang cari ribut sama lo kemarin, Dek?"
Gadis itu adalah Marvora. Alias kakak dari Fafa, si pentolan sekolah.
Dan bisa dikatakan, dia adalah pawang dari Fafa. Siapa pun yang menyakiti adiknya, akan berhadapan dengan dia.
Hii serem, deh!
x X x
Miyeon masih menatap malas kedua gadis yang membawanya paksa ke belakang sekolah. Yah, tempat yang pas sekali untuk berkelahi atau memalak adik kelas. Dan bisa Miyeon pastikan, apa yang setelah ini terjadi di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Bye! Mama ✔️
FanfictionHanya kisah Miyeon yang harus kembali mengenakan seragam SMA-nya demi menyelamatkan putrinya yang terbaring sekarat. Miyeon harus bertemu Heejin dalam bentuk dirinya yang berumur tujuh belas tahun. Dia kembali ke masa satu tahun silam, sebelum trag...