Tidak ada yang tahu kapan mesin waktu itu akan kembali bekerja dengan benar. Sama seperti sekarang, tidak ada aba-aba Miyeon kini kembali ke masa setahun sebelum Heejin koma. Tidur di depan rumah nenek yang beralaskan kursi bambu.
Cepat juga ya dia kembali? Padahal belum menyantap masakan ibu. Tapi, memang harusnya dia kembali dengan cepat, mengingat waktu yang diberikan tidak lama lagi akan habis.
Miyeon segera bangkit, hendak masuk rumah karena suasana dingin mulai menyelimutinya. Dalam hati ia berdoa agar nenek sudah menyiapkan susu jahe hangat di sana.
Tetapi, mendadak Miyeon harus kembali terduduk karena suara Sana yang begitu melengking, membuatnya berdecak seraya mengusap dadanya. Menetralkan jantungnya yang hampir terloncat.
"Miyeonnn, sudah balik lo?! Lama banget anjir setengah hari hilang!"
"Nyariin lo?"
"Ya gak, sih. Cuma tadi pagi di sekolah si Heejin nyariin lo, kenapa tiba-tiba ngilang."
Ah, senang rasanya mendengar itu. Miyeon tersenyum sendiri.
"TapiSan, tau gak kalau gue bukan kembali ke masa depan. Gue malah balik ke masa kita SMA." Miyeon kemudian bercerita mengenai perjalanan waktunya yang ia tempuh barusan, membuat mata Sana membulat terkejut.
"Beneran? Itu berati lo balik ke masa dua puluh tahun lalu?"
"Ya bisa dibilang," jawab Miyeon, "dan gue belum tau gimana keadaan Heejin di masa depan. Gue harus—"
"Yeon, denger gue dulu."
Miyeon mngernyitkan dahinya. Menebak bahwa terjadi sesuatu pada Sana juga perihal ini.
"Gue baru liat, keadaan Heejin di masa depan."
"Maksud lo? Masa depan? Lo balik ke masa depan?"
Kini Miyeon dibuat pusing karena ternyata bukan hanya dia yang bisa meloncati waktu.
"Ye, emang lo aja yang bisa bolak-balik ke masa depan. Gue juga bisa kali!" Timpal Sana seraya menunjukan arloji tua, yang sejak tadi dicari oleh Miyeon.
Sial, ternyata ada pada Sana.
"Jadi, lo balik ke masa depan?!" pekik Miyeon heboh.
"Yap," Wanita itu mengangguk. "Cuma sebentar, sih. Tapi kembalinya gue ke sana bener-bener gak sia-sia, Yeon."
Sana mengambil kedua tangan Miyeon untuk ia genggam. Seakan memberikan sebuah energi positifyang Sana harap akan membuat Miyeon senang setelah ini.
"Heejin sudah sadar, Yeon. Gue liat sendiri, saat matanya terbuka." Rasanya Sana tidak bisa lagi mengatakan ungkapan haru ini, karena jujur ia ikit tersentuh.
Tidak perlu ditanya bagaimana bahagianya Miyeon saat mendengar itu. Tentu ia yakin Sana tidak berbohong. Sontak wanita itu berpelukan dengan berurai air mata haru.
Jadi, usahanya tidak sia-sia 'kan?
"San, jadi gue berhasil? Berhasil mengubah takdir Heejin?" tanya Miyeon lagi masih tidak menyangka.
"Usaha lo gak sia-sia, Yeon. Lo berhasil, berhasil nolong Heejin."
Sekali lagi Miyeon memeluk Sana kencang. Kini dengan pekikan yang nyaring, seakan ia adalah orang paling bahagia sedunia.
"Kalau gitu urusan kita udah selesai 'kan di sini? Ayo kita balik, San. Gak sabar gue ketemu Heejin, pasti dia berharap gue di sana." Miyeon beranjak berdiri, menggenggam tangan Sana beserta arloji tua itu. Berharap mereka akan kembali ke masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Bye! Mama ✔️
FanfictionHanya kisah Miyeon yang harus kembali mengenakan seragam SMA-nya demi menyelamatkan putrinya yang terbaring sekarat. Miyeon harus bertemu Heejin dalam bentuk dirinya yang berumur tujuh belas tahun. Dia kembali ke masa satu tahun silam, sebelum trag...