06 | Kemajuan

590 125 30
                                    

Seperti episode sebelumnya, Heejin meminta Miyeon untuk tidak lagi mencampuri urusannya. Gadis itu tidak ingin seseorang terluka hanya karena membelanya, seperti Miyeon kemarin.

Tetapi, alih-alih menurutinya Miyeon justru kebal, seakan tidak pernah mendengar permintaan Heejin di Uks kemarin. Tentu saja, sebagai ibu kandung Heejin, mana mau Miyeon menyerah begitu saja. Tidak akan sudi melihat anaknya ditindas seperti kemarin.

Heejin deserve better, guys!

Masalah di keluarganya tidak bisa menjadi sebuah alasan mengapa Heejin terkucilkan di sekolah ini. Tidak ada hubungannya. Dan Miyeon tidak membiarkan hal itu berlarut terus-menerus.

Dia tidak ingin, membuat putrinya tetap terbaring koma lebih lama di masa depan sana. Ingat, tujuannya ke mari untuk menolong Heejin, bukan? Miyeon tidak akan menyia-nyiakan itu.

"Miya sudah sembuh?"

Pagi ini Miyeon dan Sana datang agak telat, dan kelas sudah dipenuhi oleh anak-anak yang kebetulan sedang bergosip ria tentang kejadian kemarin.

Perkelahian Miyeon dan dua pentolan itu lah, siapa lagi.

"Udah mendingan, kok."

"Gila emang si dua pentol korek itu! Keroyokannya pake senjata, untung kamu gak papa," Yuto hampir menyentuh tangan Miya dengan segala kemodusannya, tapi tentu saja ditepis keras oleh Miyeon.

"Jangan macem-macem ya lo, inget gue orang tua!" Miyeon hanya bisa mengancam dalam hati, sob.

"Tapi untung aja sih, mereka di DO sebulan. Sebulanan ini si dumb and dumber itu bakal kesiksa dihukum jadi pengasuh lansia di panti jompo. Syukur deh!"

"Loh, itu hukumannya ya?" tanya Sana yang baru tahu menahu tentang model hukuman di sekolah megah ini.

Sungchan mengangguk. "Katanya sih, hukuman mereka atas permintaan seseorang,"

"Siapa?"

Sungchan mengangkat bahu sebagai balasan. "Gak tau. Gue juga denger gosip dari kelas sebelah, sih."

"Dih, tukang gosip ya lu bocil!" Celetuk Sana kemudian.

Kini mereka melanjutkan sesi obrolan mereka di bangku Miyeon dan Sana duduk. Di sana juga ada Heejin yang nampak fokus pada bukunya, tanpa memedulikan teman-temannya yang begitu riuh termasuk Miyeon yang tak berhenti menatapnya.

"Tapi gue salut, Miya bisa berani sama dua kampret itu. Dia bahkan belain Heejin dari kemarin. Lo gak mau terima kasih gitu Jin sama Miya?" Ucapan Sungchan yang begitu berani, membuat keadaan kelas tiba-tiba hening. Semua mata beralih pada Heejin yang ikut terdiam, menghentikan gerak tangannya di atas buku tulis.

Dan Miyeon hanya berdoa agar saudara Sungchan akan segera terkena azab atas mulut sialannya itu.

"Makasih,"

Itulah respon singkat dari Heejin, sebelum gadis itu pergi meninggalkan keadaan kelas beserta anak-anak di sana yang masih menatapnya cengo.

"Ikhlas gak tuh?"

"Dingin banget jadi orang, ih!"

"Syukur-syukur kemarin ada yang mau belain, kalau gak ada pasti dia udah habis sama si Fafa itu!"

Beberapa argumen kembali terdengar oleh anak-anak sana, membuat telinga Miyeon panas dan memutuskan untuk melakukan sesuatu yang hal yang sukses membuat manusia-manusia di sana kembali terdiam.

Hi, Bye! Mama  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang