12 | Sesat

566 128 43
                                    

"Ngapain lo di sini?!"

Miyeon cukup terkejut dengan adanya Jaemin. Tidak tahu sejak kapan pemuda itu bertengger di depan rumah Heejin.

Eh, tapi kalau dilihat dari gelagatnya, sepertinya Jaemin sedang ingin berkencan. Oh, mengajak Heejin kencan begitu?

"Tadi kata Sana, kamu sama Heejin pulang bareng ke sini." Jaemin membalasnya santai, tetapi sesaat membuat Miyeon curiga karena ada sebuah perubahan kalimat Jaemin barusan.

"Terus, kamu baru pulang ya? Malem begini?" tanya Jaemin kemudian mendongak, mendapati Jaehyun yang ternyata masih berada di depan pintu rumah. Menatap mereka penuu selidik.

"Bokapnya Heejin gitu amat ngeliatin kita, Ya. Mending geseran deh!" Jaemin beranjak menarik Miyeon untuk berpindah tempat. Tidak nyaman karena obrolannya bisa tersendat hanya karena tatapan maut Jaehyun.

Miyeon menurut dengan terpaksa. Jujur saja dia malas untuk berbicara dengan Jaemin saat ini. Dia ingin segera pulang dan menghabiskan perasaan galaunya. Dasar Jaemin perusak suasana.

"Min, kalau lo mau ketemu Heejin mending besok aja. Anaknya udah tidur, tadi."

"Iya Miya, tapi gue ke sini sebenarnya mau ketemu lo, bukan Heejin."

Miyeon langsung menampakan wajah bingung. Maksud bertemu dengannya?

"Gue mau antar lo pulang sekaligus ..."

Miyeon mulai curiga dengan ucapan Jaemin setelah ini.

"Gue mau bilang kalau gue, suka sama lo."

WTF! WTH!

Rasanya Miyeon ingin menelan air laut saja mendnegar ungkapan dari Jaemin. Benar-benar tidak ia sangka dan ... HAH?! Harusnya Jaemin mengatakan itu pada Heejin, bukan dirinya!

"Jangan ngaco, deh! Lo suka sama Heejin 'kan? Masa iya sama gue!" Bantah Miyeon mencoba positif thinking.

Jaemin pun segera menepisnya. "Gue suka sama lo. Gue juga suka Heejin, tapi sebagai teman."

Anjir, emanh cowok buaya!

"Terus kenapa lo akhir-akhir ini deketin Heejin?!" Kini tak tanggung Miyeon berteriak karena merasa perasaan Heejin tentunya dipermainkan oleh Jaemin.

Jaemin menggaruk tengkuknya dengan wajah menyengir, "ya itu karena gue pengen deket sama lo. Gue kira dengan deketin Heejin, gue juga bisa deket sama lo."

Dan yah, jawaban anda tentu semakin membuat Miyeon panas, Na Jaemin.

Miyeon mendengkus, mencoba mengatur emosinya. Dia tidak boleh murka dengan seorang remaja tentunya. Tidak boleh karena dirinya sebagai orang tua harus bijak menghadapi semua ini. Oke baik, waktunya untuk memberikan nasehat.

"Jaemin denger ya," Miyeon memasang wajah penuh keseriusan, "lo tau kalo Heejin sudah naksir lo dari dulu?"

"Hah? Emang iya?"

Dasar laki gak peka emang!

"Iya, nyet!" Rasanya ingin menamplok kepala remaja itu. "Dan dengan lo deketin dia kayak gini, makin buat Heejin baper dan suka sama lo. Lo mau mainin perasaan anak gu- orang ya?!"

Jaemin menggeleng. Benar tidak ada maksud seperti itu. Bahkan ia kira, Heejin memang anak sepemalu itu walau dengan orang lain sekali pun.

"Dan gue ingatin Min, kalau lo gak bisa naroh perasaan ke gue." Miyeon menunjuk wajah Jaemin dengan jari telunjuknya.

"Karena gue bukan sembarang manusia. Asal lo tau, sebenarnya gue adalah nyokapnya Heejin."

Tidak tahu mengapa saat itu Jaemin ingin tertawa sampai terjungkal saat mendengarnya. Sebelum akhirnya malam itu menjadi malam yang agak panjang.

Hi, Bye! Mama  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang