JE'S POV
Mungkin tempat ini bakal berarti buat gue, walaupun ga banyak kenangan layaknya tempat yang akan gue kunjungi sekarang, tapi tempat ini jadi saksi dimana gue menahan rindu disetiap malemnya.
Ntahlah, disaat orang lain menghabiskan masa remajanya dengan berpacaran, atau hal-hal yang berbau cinta, gue ga tertarik sama sekali. Tuntutan awal yang meminta gue jadi anak yang sempurna, hingga akhirnya gue terbiasa bersahabat dengan buku buku tebel kaya gini.
Sampe satu temen gue pernah bilang.
"Lo gasuka cewek? cewek famous cantik classy banyak yang deketin lo kok lo nolak sih?"
Padahal pertanyaan itu salah besar. Gue gak pacaran, gue ga deket sama cewek bukan berarti gue ga tertarik sama cewek, bukan, bukan kaya gitu. Ada hal yang lebih penting untuk gue persiapkan.
Kalau gue mau cewek, pasti gue langsung dapetin.
Cinta, pacaran, uwu uwuan, ga menjamin lo bisa menggapai cita-cita lo. Terkadang rasa obsesi lo terhadap cinta yang menghambat hal tersebut.
Gue iri, orang yang bisa raih cita-cita sesuai keinginannya. Gue? layaknya boneka yang disuruh menggapai cita-cita orang lain. Tapi gue gabisa menyalahkan hidup gue seutuhnya, mungkin ini jalan yang harus gue lalui, dan gue gaboleh lemah.
Hingga akhirnya gue selalu melampiaskan kekesalan gue dengan memukul samsak tinju yang ada di kamar gue, atau istilahnya night ride sendiri jadi anak motor walaupun ga ikut geng gengan yang ga berguna, atau ekskul basket disekolah, pokonya apapun itu asal bikin gue seneng.
Dan...
Dia.
***
Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, gue sampe ke rumah masa kecil gue, yang bisa dibilang lebih mewah daripada rumah gue sebelumnya. Sepanjang mata gue memandang lurus ke rumah ini dari luar gerbang, kenangan kenangan itu terputar kembali di benak gue.
Gue tersenyum tipis, rasanya jiwa gue utuh kembali saat berada di rumah ini.
"Seneng?" tanya Bunda.
Gue mengangguk dan tersenyum senang hingga mata gue hilang.
Dan akhirnya gue pun masuk seiring papa menyuruh gue dan bunda masuk rumah membawa beberapa barang dan dibantu beberapa pekerja rumah.
Suasananya, harum ruangan, letak bendanya, masih sama persis seperti 6 tahun lalu sebelum gue pindah. Dan membuat gue lagi dan lagi teringat orang itu lagi. Gimana bentukannya dia sekarang? entahlah.
Gue pun menaiki lantai dua dan menuju kamar. Membuka kenop pintu dan terkejut ngeliat seisi penjuru kamar avangers semua, ala ala kamar bocah SD.
"Primitif," ucap gue.
Gue pun memutuskan untuk mendekor ulang kamar. Gak kebayang apa kata orang ketika cowok 17 tahun punya kamar kaya gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgetting | ft Lee Jeno
Fanfiction"Hah? aku harus tinggal satu atap bareng Jeno selama 2 minggu?!" Mereka cuman dua orang sahabat sejak kecil yang sempet kepisah bertahun-tahun. Tapi konon katanya, gak pernah ada yang namanya persahabatan diantara cewek dan cowok. Benarkah? Apa me...