Part- 18 {Siswa Pindahan}

16 3 3
                                    

Happy reading!
.
.
.
.

****


'Diaa?'

Ima mulai memelankan jalannya, tak lupa berusaha menormalkan detak jantungnya yang entah mengapa malah semakin cepat.

Disisi lain Ghibran yang menyadari Ima memelankan jalannya segera berjalan menuju Ima.

"Kok malah semakin pelan sih jalannya?" Tanya Ghibran halus, "yuk kesana, aku kenalin dengan seseorang." Ghibran menggenggam tangan Ima.

Setelah sampai, cewek yang tadinya terlihat mengobrol dengan Ghibran segera menghampiri Ima lalu mengulurkan tangannya.

"Hai, kenalin nama gue Rayliza Putri Yakira, lo bisa panggil gue Putri."

Ima tersenyum canggung, lantas menerima uluran tangannya. Namun saat akan mengenalkan dirinya...

"Heh nama lo tu Liza, gak usah berharap dipanggil Putri deh!"

"Apaan sih lo Fal, ganggu aja! Nama lo siapa dek?"

"Gu-aku Ima kak,"

"Ohh Ima, salam kenal ya, oiya pake lo gue aja ngomongnya biar akrab hehe."

"I-iya kak,"

"Yaudah ya kalo gitu, gue mau cari Zaza dulu, bye Ima bye Naufal!" Liza langsung berlalu pergi.

"Zaza pale lu, namanya Tiza woy! Dan lagi nama gue Ghibran!" Teriak Ghibran tak terima.

"Sama aja!" Teriak Liza yang memang belum terlalu jauh.

Ghibran hanya geleng-geleng melihat Liza begitupun Ima yang hanya diam. "Dasar kok ada cewek kayak gitu, gak ada anggun-anggunnya, huft." Ujar Ghibran lirih namun masih bisa ima dengar. "E-eh ngapain tu anak balik lagi?" Ujarnya lagi, dan terlihat Liza sedang berjalan kearah mereka.

"Kelas Zaza dimana?" Tanyanya polos.

"Whahaha, gak tau kelasnya kok sok soan nyari, gimana sih?" Ejek Ghibran sambil tertawa.

"Ish, kan disini gue murid baru, gimana sih?!" Kesal Liza.

"Yee, lagi pula ngapain sih lo nyari Tiza segala? Kalian kan udah putus iya kan?"

"Ehhh, gue belum putus kali, orang Zaza masih bucin kok sama gue, wlee."

Deg, seketika Ima langsung ingin menangis, apa-apaan ini?! Sedangkan Ghibran yang menyadari akan ucapannya tadi, langsung merutukinya dalam hati, ia sendiri yang bilang ke Ima bahwa akan membuatnya bahagia. Namun sekarang? Tanpa bisa ia cegah, ia malah mengatakan hal yang mungkin akan membuat Ima menangis.

"Alaah, gak mungkin lah,"

"Yaudah kalo gak percaya, huh! Gue mau keruang kepsek aja, kalau gitu mah!" Liza membalikkan tubuhnya tapi sedetik kemudian kembali lagi menatap Ghibran lalu Ima.

"Apalagi? Ruang kepsek? Lo lurus aja nanti juga sampai," tebak Ghibran yang menyangka Liza mau tanya tentang itu.

"Bukan, anu gue mau minta maaf aja ke Ima, udah ngacangin. Maaf ya?"

"Iya kak gapapa kok," balas Ima dengan senyuman yang dibuat semanis mungkin.

"Yaudah gue beneran pergi, ba-bye!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang