"Dengan belajar dan menemukan hal hal baru, tentu kita bisa berkembang dan maju lebih sukses dibandingkan mereka yang pasif dan tidak mau bergerak dari zona nyaman-nya."
~~
🌠🌠Pagi ini ima sudah harus lari-lari keliling lapangan dengan yasna. Yahh, tau sendiri apa maksud berlari keliling lapangan kan?
Yap, dihukum karena telat.Ima hari ini telat sebab semalam keseruan nonton film dengan yasna, hingga akhirnya berakhir bangun kesiangan dan sekarang harus keliling lapangan.
"Uhh, lelahnya!" Ima langsung duduk dipinggir lapangan dengan meluruskan kakinya, setelah selesai dengan hukumannya begitu juga yasna.
"Nih," yasna memberikan air mineral kepada ima.
Ima mengerutkan dahi, "tadi gue chat firza, minta tolong belikan air," jelas yasna.
"Terus sekarang firza mana?" Ima menerima air dan langsung meminumnya.
"Sudah balik lah, eh oiya lo nanti jadi ikut daftar kan?" Tanya yasna saat mengingat sesuatu.
Ima mengangguk, "iya, lo sendiri? Jadi daftar juga kan?" Tanya ima balik.
"Ehm, jadilah, lagi pula firza juga ikut daftar," yasna menghadap kedepan sembari tersenyum membayangkah sesuatu.
"Yee, dasar bucin, dah lah gue kekelas dulu, kita sudah ketinggalan dua mapel nih," ima melihat jam yang dipergelangan tangannya. Lalu, berdiri merapikan seragamnya yang kusut. "Thanks, minumnya ya, gue duluan!" Yasna mengangguk, menatap ima yang mulai berjalan menjauh. Setelahnya ikut beranjak kekelas.
***
Ima mengerjakan tugas dengan resah, dan sesekali melihat jam dinding yang berada di atas papan tulis. Entah mengapa, mengingat waktu istirahat yang segera tiba, membuat ima tidak bisa fokus dengan tugasnya.
Beberapa kali ima menghela nafas saat melihat jam dinding, yang menurutnya bergerak terlalu cepat. Bukan karena ima tidak bisa menyelesaikan tugasnya, bukan.
Sebab, walaupun saat ini ima tidak bisa fokus, ima masih bisa menyelesaikan tugas-tugasnya yang saat ini tinggal tiga soal yang belum terjawab.
Namun, berbeda dengan cowok disebelahnya, yang mulai terganggu mendengar ima yang selalu menghela nafas kasar.
"Lo kenapa sih?" Tanya firza akhirnya.
Seketika ima menoleh, "eh, kenapa emang?" Ima balas bertanya. Namun, belum firza jawab ima kembali berujar. "Oh, ehm, gue gak kenapa-kenapa kok." Ima tersenyum tipis.
Firza mengerutkan dahi, "yakin?"
"Iya"
Tok...tok...tok
Suara ketukan pintu, membuat semua orang mengalihkan pandangannya."Assalamu'alakum, permisi" salam 2 cowok dan 1 cewek yang memakai almamater osis kompak.
"Wa'alaikumussalam,"
"Maaf mengganggu waktunya sebentar bu," ucap salah satu cowok dengan sopan.
"Iya, ada perlu apa?" Ibu guru itu mengangguk,
"Kami mau mengambil formulir pendaftaran osis, sekalian memberi pengumuman bu," jawab cowok satunya lagi.
Ibu guru itu mengangguk-anggukkan kepalanya sekali lagi. "Oh, silahkan."
Ekhem, salah satu cowok berdehem, "baik, langsung aja, perkenalkan saya ghibran kalian pasti sudah kenal saya bukan? Jadi, lanjut ini kak alzam calon ketua osis kalian nanti," tunjuk cowok itu ke orang disampingnya sembari tersenyum, lalu beralih menunjuk yang cewek, "kalo ini kak alina dia sekarang menjabat sebagai sekretaris osis." Alina tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arisha
Teen FictionTentang kisah seorang gadis di SMA. Namanya ARISHA SHAIMA. Seorang gadis cantik, cerdas, berkulit putih, mata lentik, pipi chubby, dengan lesung pipi nya yang terlihat ketika tersenyum. Ima atau Arisha adalah siswa baru di SMA-nya. Walaupun masih ba...