Part-11 {Diluar Rencana}

46 31 4
                                    

Assalamu'alaikum!
Akhirnya arisha bisa up lagi ☺

Jangan bosan baca arisha ya..
Happy reading, jangan lupa vote & commentnya :v

________________

"Karena kita hanya bisa berencana, akan ada banyak hal terjadi yang tidak sesuai rencana kita. Jadi, janganlah berekspektasi terlalu tinggi agar tidak kecewa pada akhirnya."

~Arisha~
🌠🌠

Ima berjalan dengan sangat pelan sembari terus menunduk. Malu?

Ya, ima kali ini sangat malu, sebab ini untuk pertama kalinya ima pergi kerumah keluarga lia sendirian.

Sedangkan, Tiza malah berjalan tanpa menunggu ima, membuat ima sedikit berdecak kesal. Namun saat menyadari ada yang mengganjal. Tiza segera menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badan melihat ima yang ternyata masih berada tak jauh dari mobilnya, tiza lantas menghampiri ima. "Sangat sakit ya? Sampai jalannya sangat lambat---"

Ini kasian apa ngejek? Batin ima dalam hati.

"Maaf ya, aku tadi lupa, yaudah yuk kita jalan pelan-pelan," tiza segera merangkul ima.

Ya Allah, ima gak kuat, gak jadi kesel deh kalo begini.

Ima berjalan sembari terus menunduk, berusaha menormalkan detak jantungnya.

"Assalamu'alaikum!" Salam tiza setelah berada tepat di sebelah pintu, lalu bergegas membukanya sendiri.

Saat pintu sudah terbuka sempurna, terlihatlah seorang wanita paruh baya yang menyambut mereka dengan tersenyum. "Wa'alaikumussalam, sudah pulang, bang?" Tanyanya lembut kepada tiza.

Tiza segera mencium tangan wanita yang tak lain adalah mamanya sendiri itu. "Sudah ma,"

Sedangkan ima yang sedari tadi sudah gugup menjadi semakin gugup, apa yang harus gue lakukan?

Saat ima masih bergelut dengan pikirannya, tiba-tiba pundak ima terasa ditepuk seseorang membuat ima segera mendongakkan wajahnya.

"Isha, kamu sakit ya?" Tanya mama tiza lembut,

Ima gugup antara jawab iya atau tidak. Namun akhirnya hanya mengangguk ragu.

"Yaudah yuk masuk," mama tiza segera menarik tangan ima pelan.

Ya Allah, gue ngerasa berdosa banget, gue telah bohongin semua orang, maafkan ima ya Allah. Ima menjadi semakin merasa bersalah.

"Duduk disini dulu ya sayang," ujar mama tiza, sekali lagi ima hanya mengangguk.

"Tiza cepetan dikit nak!" Teriak mama tiza.

"Iya ma," tiza muncul dengan membawa segelas air hangat. Lalu menaruhnya dimeja tepat didepan ima.

"Diminum ya sayang," mama tiza mengambil airnya dan menyerahkannya kepada ima.

Iya pun segera menerimanya, "terima kasih, tante," ima lantas meminumnya.

Setelah minum, mama tiza atau sebut aja tante nisa, segera berdiri mengajak ima kesebuah kamar. "Isha istirahat disini dulu ya, biar perut nya cepat sembuh, kalo bisa tidur, lebih baik tidur ya,"

"I-iya tante, maaf isha merepotkan," ima tersenyum canggung.

"Udah, santai aja, anggap rumah sendiri, lagi pula setiap isha kesini tante senang sekali kok, sekarang istirahat, tante tinggal ya?"

ArishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang