Part- 15 {Exhausting Day}

49 23 11
                                    

Happy reading!
Jangan lupa vote and comment😊

______________________

"Semakin aku mengenalmu semakin aku yakin, bahwa kamulah orang yang aku cari. Aku sadar, aku hanya cowok biasa yang memiliki banyak kekurangan dan mungkin tak pantas mengharapkan cintamu..."

~☺~
🌠🌠

Sekarang tepat 1 minggu setelah ulang tahun ima, dan juga seperti yang ima katakan waktu itu, hari ini ima beserta anak osis yang lain mengadakan LDKS disekolahnya tak lupa sambil menginap, pumpung malam minggu gitu, kata salah satu anggota osis, biar yang jomblo-jomblo gak terlalu ngenes dirumah mulu. Iya gak sih? Pasti enggak lah ya, kita mah walaupun jomblo tetep bahagia! Eaa 😂

Okey kembali ke topik. Ima sekarang sedang merangkum materi-materi untuk sore nanti di basecamp panitia atau sebenarnya para senior kelas 12. Dan jangan lupakan, saat ini ima sedang benar-benar sendiri tak ada kakak-kakak, maupun teman sesama anggota osis baru. Ada yang tau apa alasannya?

Alasannya adalah---mereka semua saat ini sedang berada dihalaman sekolah untuk latihan PBB. Dan ima? Malah ditugaskan merangkum. Parah bukan? Ima hanya sesekali menghela nafas kasar. Mau nolak tapi kok canggung, apalagi tu senior punya alasan yang kuat. Huft.

'Oke, ima, lo harus sabar, anggap aja ini pemanasan sebelum besok resmi jadi sekretaris osis.' Ima menyemangati diri sendiri. Namun,

'Akhh, ini tu banyakk, gak adil banget sih!'  Ima mengacak rambutnya mulai frustasi, karena emang udah lebih dari satu jam ima coba merangkum, namun, sampai sekarang belum selesai.

"Mau aku bantu?" Terdengar suara cowok dari belakang, dan seketika ima menoleh.

"Kak--"

"Siapa yang suruh kamu rangkum buku setebal ini ima?" Potong cowok itu, ketika melihat 2 buku tebal yang sedang ima rangkum.

"Kak--ehm, lupa kak namanya," ima menggaruk pipinya yang mendadak gatal.

Cowok itu menepuk kepalanya, "ciri-cirinya aja kalo gitu,"

"Buat apa kak? Ima gak mau ya kalo kak Ghibran marahin kakak itu, trus akibatnya nanti ke ima, ima gak mau cari masalah kak!" Yeah, cowok itu adalah Ghibran, si ketos yang sebentar lagi akan turun jabatan.

"Imaa, dengerin, ini tu sudah kelewatan! Kamu harusnya tu sekarang ikut PBB dengan yang lain, bukan malah merangkum buku setebal ini, ini bukan tanggung jawabmu, kamu sadar gak sih?" Jelas Ghibran sedikit kesal.

"Kok kak Ghibran malah marahin saya? Kan saya gak tau kak, lagi pula katanya ini tu bisa buat pemanasan sebelum besok resmi jadi sekretaris!" Ima ikut-ikutan kesal.

"Maaf, aku gak bermaksud begitu," Ghibran merendahkan suaranya. "Sekarang jika kamu gak mau kasih tau ciri-cirinya gapapa, tapi ingat, jangan mau jika disuruh kek gini lagi sama anggota osis yang lain, kecuali jika itu mendesak atau memang bener-bener tugas."

Ima mengangguk, "maaf kak, tadi saya sempat ngegas ke kak ghibran,"

"Gapapa, sekarang lebih baik kamu ke halaman, sepertinya juga masih pada istirahat. Ini biar aku yang beresin."

"Saya bantu beresin dulu aja ya kak, nanti kesananya bareng. Kak ghibran mau kesana lagi kan?" Sahut ima tak enak.

"Gapapa biar aku aja, kamu duluan. Eh oiya, nanti kalo kamu ditanya sudah selesai belum sama yang menyuruhmu tadi, bilang aja sudah ya, trus bilang rangkumannya aku bawa, jadi dia suruh temui aku aja."

ArishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang