Part-6 {Puding}

70 47 2
                                    

"Berani mencoba itu lebih baik. Sebab, apa yang tidak mungkin, seringkali terjadi karena belum pernah mencobanya. Jadi, jangan takut gagal sebelum mencoba. Jika awalnya gagal, bisa saja itu menjadi sebuah batu pijakan untuk kesuksesan yang akan datang."

~Arisha~
🌠🌠

"Ahh, nyamannya!" Yasna merebahkan tubuhnya di kasur kamar ima. "Ma gue laper," ucap yasna lagi sembari mengusap perutnya.

"Dan sayangnya, gue enggak." Ima ikut merebahkan tubuhnya disamping yasna dan mulai memejamkan mata. Membuat yasna sedikit jengkel, kenapa akhir-akhir ini ima malah menyebalkan sekali sih?!

"Kok lo gitu sih? Gak peka banget jadi orang!"

"Yang ngajarin kan lo sendiri." Ima masih menikmati rebahannya sambil memejamkan mata.

"Ma! Gak gitu juga kali, maksud gue tu...ish, yaudahlah terserah lo! Jadi nyesel gue nginap di rumah lo." Yasna duduk, dengan melipat kedua tangannya didepan dada.

"Yaelah...gue bercanda na, jangan baperan gitu lah, lo laper kan? Yaudah, Yuk kedapur!" ima berdiri didepan yasna dan mulai berjalan duluan. Sedangkan yasna melebarkan mata dengan mulut terbuka, kenapa gue malah ditinggal?

***

"Mau makan apa?" Ima membuka tudung saji yang ada diatas meja makan. Namun, yang ada hanya nasi dan labu kukus. Yasna yang melihatnya langsung melongo. Tapi, hanya sampai 2 detik. Digantikan dengan mata berbinar. "Kita buat puding labu yuk?"

Ima menaikkan satu alisnya, "emang lo bisa?" Lalu, ima mulai berjalan kearah tempat penyimpanan tepung diikuti yasna yang berada dibelakangnya.

"Bisalah!" Jawab yasna sombong.

"Bener ya, awas kalo nanti sampai gak jadi, gue suruh lo habisin semuanya!" Ima menyerahkan 1 sachet bubuk agar-agar, kepada yasna.

"Iya, serahkan saja pada ahlinya!" Yasna meringis, sambil menerima pemberian dari ima.

"Oke, eh lupa, gue gak punya santan na, gimana?" Ima menepuk dahinya dengan sedikit panik,

"Tenang, pake susu kan bisa, ada kan?"ima mengangguk, lalu mulai menyiapkan bahan-bahan lainnya,

Sedangkan yasna mulai melembutkan labu, bukan dengan blender, melaikan hanya menggunakan sendok. Setelah dirasa lembut, yasna mulai memasukkan susu, gula, bubuk agar-agar, dan air. Lalu diaduk dan dipanaskan diatas api kecil.
Sambil terus mengaduk yasna melirik ima. "Kenapa tu muka? Heran ya, gue bisa masak?"

"Bukan," ima menggelengkan kepala. "Tadi berapa sendok gulanya kok kayak banyak banget? Itu lagi, airnya kenapa cuma 3 gelas? Lo mau buat puding atau apasih?"

"Kan gue emang suka manis, trus masalah air, emang harusnya berapa? Bukannya dibungkus agar-agar tulisannya 3 gelas ya?" Yasna meringis, menggaruk belakang kepalanya yang mendadak gatal.

"Aduh yasna! Semua itu tu ada takarannya. dan air, gue buat puding susu aja menggunakan 4 gelas air, sedangkan ini? Ini puding labu na," ima menggelengkan kepala.

"Santai-santai, tinggal tambah 1 gelas kok repot." Yasna menambahkan 1 gelas air lagi kedalam calon pudingnya.

Lalu ima? Dia memilih duduk dikursi ruang makan, sambil memainkan ponselnya.

"Selesai!" Teriak yasna girang, kemudian, menghampiri ima yang masih setia dengan layar ponselnya. Ima melirik yasna sekilas. "Tinggal nunggu dingin," ucapnya lagi. Ima hanya mengganguk-anggukkan kepalanya.

***

Setelah hampir 15 menit menunggu, yasna mulai menaruh pudingnya di piring, lalu memberikannya kepada ima.
Ima menerimanya dengan ragu, lalu mulai memakannya sedikit. "Gimana?" Tanya yasna dengan mata berbinar. "Gak enak, kemanisan, aneh lagi." Jawab ima dengan teganya.

Yasna yang semula nampak ceria, berubah sendu seketika. "Beneran?" Ima pun lantas mengangguk.

Mereka hanya saling diam hingga beberapa menit, sampai kakak ima, yesha, datang dengan menenteng beberapa belanjaannya. Lalu, menghampiri mereka berdua.
"Kalian kenapa? Biasanya cerewet kok diam gitu?" Yesha menatap keduanya, dan seketika wajahnya berbinar saat pandangannya bertemu dengan sebuah puding di depan mereka berdua. "Wah puding! Kalian yang buat ya?" Yesha langsung mengambil sepiring puding.

"Jangan kak!" Teriak yasna dan ima bersamaan. Namun, yesha hanya mengedikkan bahu, kemudian langsung melahapnya.

1 detik...2 detik...3 detik

"Huekk!" Yesha langsung meraih tisu yang berada didepannya. Ima langsung pura-pura bermain ponsel, sedangkan yasna menundukkan kepalanya.

"Siapa yang buat ini?" Tanya yesha berusaha lembut, walau sebenarnya dalam hati sudah ingin mengumpat.

"A-aku kak," yasna mengangkat kepalanya gugup.

"Yasna sayang, kamu taruh berapa sendok gulanya, hm?"

"Gak terhitung kak, mungkin 10 sendok kalo gak salah, atau bisa juga lebih" jawab yasna jujur.

"Apa!! Lo mau buat puding atau apa pakek gula sebanyak itu?!" Bentak yesha kelepasan, ima langsung menatap sang kakak tajam. Membuat yesha langsung menutup mulutnya, "eh sorry, kelepasan na." Ucap yesha canggung.

"Santai aja kali kak, itu tadi ima yang ngajari," ucap yasna ngawur, sembari mengedipkan mata ke ima.

Ima langsung menatap yasna tidak percaya. "Kok jadi gue? Gue kan dari tadi duduk disini,"

"Jujur aja kali ma, lo kan tadi juga bantuin, lo yang nyuruh gue ngasih gula segitu kan?" Ucap yasna santai, masih berusaha menjebak ima agar mau ikut bertanggung jawab, atas pudingnya yang gagal.

"Gak, jangan ngada-ngada deh," ima mulai kesal.

Yesha yang mulanya diam menatap sang adik dan sahabatnya mulai ngreget sendiri. "Gue---"

"Diam!" Potong yesha geram, "kalian ini ya, cuma gara-gara puding kok bertengkar segala, kayak anak kecil tau gak, udah lebih baik sekarang kalian habisin berdua!" Ucap yesha, seraya menekan pada pada kata berdua. Lalu, yesha pergi meninggalkan keduanya yang masih terbengong.

Setelah ima tersadar lebih dulu, ima langsung berdiri sembari berujar cepat. "Tadi, sebelum buat lo udah janji sama gue kan? So, dihabisin ya cantik," ima langsung lari kekamarnya. Meninggalkan yasna yang masih melamun, dengan mulut terbuka.

"Eh---"

***

ArishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang