Part- 16 {Jawaban Arisha}

25 20 8
                                    

Happy reading!
Jangan lupa vote and comment 😊🤗

__________________
"Kalo sudah berbicara tentang perasaan itu memang sulit, terlebih ketika harus memilih salah satu diantara dua orang yang sama-sama baik dan memiliki keistimewaan tersendiri."

~Arisha~
🌠🌠

Tin tin!

Suara klakson mobil yang tiba-tiba, membuat ima langsung mengangkat kepalanya. 'Yes, tumben kak yesha cepet.'

Ima segera melangkahkan kakinya untuk mendekati mobil. Namun seketika ima menghentikan langkahnya ketika orang yang berada didalam mobil menurunkan kaca mobilnya dan tersenyum manis kepada ima.

"Lagi nunggu dijemput ya ma? Bareng aku aja yuk? lagi pula kan searah." Tawar cowok itu yang tak lain adalah orang yang ingin ima hindari untuk 2 hari kedepan. Yahh siapa lagi kalo bukan Ghibran.

"Ehm, enggak kak, kak ghibran duluan aja. Kakak saya sudah hampir sampai kok." Tolak ima dengan senyum yang sedikit dipaksakan. Karena jujur, ima menjadi sedikit canggung setelah dengan terang-terangannya ghibran mengungkapkan perasaannya kepada ima.

Namun, bukanlah ghibran kalo langsung menuruti ucapan ima. Ghibran menaikkan kaca mobilnya, setelahnya ia turun dan berjalan mendekati ima.

'Mampus lo ma!' Batin ima dalam hati. 'Tau gini kenapa lo tadi gak milih bareng yasna aja? Ahh udah lah!'

"Aku temenin ya?" Ucap ghibran, membuyarkan lamunan ima.

"Ehm, iya kak." Jawab ima kaku.

Setelah ucapan terakhirnya, ima sama sekali tak mengeluarkan sepatah katapun, begitu ghibran yang juga nampak bingung dengan perubahan ima yang menjadi lebih pendiam.

Mereka terus terdiam sampai sekilas ima melihat mobil yang dikendarai tiza. 'Kak tiza!' Batin ima ingin menangis.

"Ima?"

Ima langsung mengarahkan pandangannya ke ghibran. "Iya kak?"

"Kamu jangan terlalu memikirkan ucapanku kemarin ya, aku gak memaksamu kok, aku menyukaimu, tapi jika aku bukanlah orang yang kamu sukai, aku gak apa-apa. Intinya jangan hanya karena memikirkan perasaanku kamu lantas menerimaku dan mengorbankan kebahagiaanmu, karena aku lebih bahagia melihatmu tersenyum walau akhirnya tidak bersamaku. Kamu mengerti ima?"

"Kak ghibran?" Tanya ima mulai tak enak.

"Aku tau ima, aku tau siapa orang yang sudah berhasil mengambil hatimu, maaf jika aku egois, memilih mengungkapkan kepadamu dan berharap kamu menerimanya, padahal aku tau pada akhirnya bukanlah aku yang kamu harapkan."

"Kak ghib--"

"Gak usah nunggu tiga hari ya? Aku udah siap kok kalo kamu menolakku, oh iya tunggu sebentar," ghibran berdiri untuk mengambil sesuatu didalam mobilnya.

Lantas ima langsung berdiri dan mulai berlari, "kak!" Ima menghentikan langkah ghibran.

"Kak maaf," ima memegang lengan ghibran. Namun, ghibran segera tersenyum dan melepas pegangan tangan ima lembut, kemudian lekas membuka mobilnya untuk mengambil sebuah kotak tak berpita untuk ima.

Ima menarik nafas panjang kemudian menutup matanya, "kita coba aja ya kak?" Lalu ima segera menatap ghibran yang seketika mematung.

"Maksud kamu?" Tanya ghibran masih belum yakin.

"Huft, kita coba, aku menerima kak ghibran, kak ghibran orang yang baik pasti tidak akan sulit untukku jatuh ke kakak akhirnya." Entah apa yang membuat ima merubah panggilan 'saya' menjadi 'aku'. Yang jelas jawaban itu mampu membuat ghibran langsung mengembangkan senyumnya.

ArishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang