Part-3 {Siapa Dia?}

95 49 7
                                    

Double up!!
Semoga suka!😊
.
.
.
.
Jangan bosan-bosan ya😀
Happy reading!
Jangan lupa vote and comment!😁

___________________

"Kamu, Siapakah kamu? Apakah kita pernah bertemu? Ataukah, sebenarnya kita memang pernah bertemu, namun tak saling mengenal?"

~Arisha Shaima~
🌠🌠

"Iya, walaupun masih kelas 6 sd,"
Ima merebahkan tubuhnya ditempat tidur dengan masih memakai seragam sekolahnya.
"Kelas 6 sd?" Ulang ima lagi. "Waktu gue kelas 6, gue tau apa? Masak-masakkan? Petak umpet? Bahkan, yang gue tau cuma permainan anak-anak." ima menghembuskan nafas kasar, lalu menggelengkan kepala.

"Tidur bentarlah," ima melirik jam weker di nakas, kemudian mulai memejamkan mata.
.
.
.
.
Tok, tok, tok...
"Dek! Bangun, sudah maghrib!" Panggil seseorang dari luar, yang tak lain adalah kak Yesha, kakak kandung ima.

Ima menggeliat tak nyaman dengan sesekali mengucek matanya lalu mulai membukanya sedikit demi sedikit.

"Dekk! Sudah jam 17.50! Ayo bangun!" Panggil kak yesha dengan suara lebih tinggi dari sebelumnya.

"Iya kak," ucap ima dengan suara serak, khas bangun tidur. Kemudian, melangkahkan kakinya menuju pintu.

Ceklek.

Ima membuka pintunya pelan. "Astaghfirullah, dek! Kok masih pakai seragam?!" Kak yesha membulatkan matanya tak percaya melihat kelakuan adek semata wayangnya itu. "Cepat mandi, sholat, lalu keluar ke ruang makan! kakak tunggu, Jangan lama-lama!" Yesha mendorong ima masuk kedalam kamarnya lagi. Lalu, menutup pintunya pelan.

Huft... yesha menghembuskan nafasnya pelan, lalu berlalu dari kamar sang adik.

***

45 menit kemudian, ima telah selesai menjalankan semua ritualnya. Kemudian bergegas keluar kamar menemui sang kakak di ruang makan, dengan pakaian santainya.

"Kak yesha!" Seru ima bersemangat.

"Hm," gumam sang kakak sambil melirik sekilas ke sang adik. "Loh, sha? Kok kamu pakek baju itu sih?" Yesha menatap ima dengan mata membola.

Ima menunduk menatap baju yang dikenakannya. Rok selutut, dipadukan dengan kaos polos lengan panjang. Merasa tidak ada yang salah dengan pakaiannya, ima menatap kakaknya lagi dengan bingung. "Emang kenapa kak? gak ada yang aneh kan?"

Yesha menepuk jidatnya. "Kita kan janjian, mau ke gramedia, kemarin sha! kamu lupa? Katanya kamu mau sekalian beli buku paket?!"

Sekarang ganti ima yang menepuk jidatnya sendiri. "Oiya lupa kak, kalau gitu tunggu 10 menit, isha ganti baju bentar!" Ima segera melesat ke kamarnya lagi.

Dengan asal ima menarik baju-baju nya sembarangan, mencari yang cocok untuk dipakainya malam ini. "Mau pakek baju apa ya?" Gumam ima. "Ehm, ini aja deh."

Setelah berkutat hampir 15 menit, akhirnya ima telah siap, dengan menggunakan celana hitam, kaos putih lengan panjang dipadukan dengan kardigan berwarna biru navy. Dan tak lupa tas kecil di punggungnya.

"Sudah?" Tanya yesha, saat melihat sang adik berjalan kearahnya.

"Sudah, yuk kak keburu kemalaman." Ima mengedarkan pandangannya sebentar ke seluruh ruangan. "Ayah, bunda__?"

"Belum pulang, tadi katanya mampir kerumah nenek."

"Ohh, ok."

***

"Sha, kamu jangan lama-lama milih bukunya, kalau sudah nanti langsung kedepan kasir ya, kita ketemu disitu." Ima hanya menggangguk, lalu bergegas mencari buku.

30 menit kemudian, ima telah mendapatkan buku yang dicarinya. Yaitu, 2 buku paket dan 1 novel best seller.

Ima berjalanan menuju kasir, tempat dia janjian dengan kakaknya tadi. Namun, saat sudah hampir sampai, ima menghentikan langkahnya.

Ima menyipitkan mata, memperjelas penglihatannya, saat melihat sang kakak sedang asyik bercengkrama dengan seorang cowok, yang kira-kira tidak jauh beda usia dengan dirinya. Dan saat melihat sang cowok mulai menjauh, barulah ima mulai berjalan mendekati kakaknya.

Namun, samar-samar ima masih mendengar kakaknya berbicara sambil mengangkat 5 jarinya dan menggerakkannya. "Hati-hati di jalan, Za!"

Setelah sudah berada disamping kakaknya yang masih menatap pintu, ima berujar, "siapa kak?" Ima melirik kakaknya sekilas, lalu menatap pintu juga.

"Allahu Akbar! Dek, ngagetin tau gak?!"

Ima menggaruk belakang kepalanya yang tiba-tiba gatal. "Hehehe, maaf kak, siapa sih kak? Kok kayaknya tadi akrab sekali?" Tanya ima lagi.

"Adek kelas kakak waktu sma," jawab yesha, sambil berjalan kekasir untuk membayar buku yang dibelinya. "Eh, kakak kelas kamu juga deh sepertinya," yesha membayar bukunya, lalu menatap ima yang juga menatap sang kakak dengan bingung.

"Masa sih kak? Kok isha gak pernah lihat?" Tanya ima semakin bingung, lalu berjalan mengikuti kakaknya, yang sudah melangkah duluan.

"Iya, alah kamu apasih yang kamu tau, selain novel dan buku-buku tebal," yesha menghela nafas pelan, kemudian saat sudah sampai di parkiran mall, yesha masuk ke dalam mobil diikuti ima yang menggerutu karena jawaban dari yesha tadi.

"Dek kamu tau__?" yesha mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area mall.

"Apa?" Jawab ima malas.

"Dia itu hebat lo, cerdas juga, masa dari sd peringkat nya selalu masuk lima besar, sering ikut olimp lagi," Yesha mulai bercerita.

"Kakak tau dari mana?" Potong ima yang mulai tertarik.

"Bentar kakak lanjut dulu, dan kamu tau dek?" Yesha menatap ima sebentar dengan mata berbinar. Ima pun hanya menggeleng dengan polos. "Dia walaupun waktu itu masih kelas X sudah mendapat jabatan sebagai wakil ketua osis sekaligus most wanted sekolah lo, sampai sekarang mungkin, dan kakak denger-denger, sebenarnya kemarin mau dijadikan ketua osis waktu kelas XI. Namun, dia menolak dengan halus, dengan alasan yang bijak pula." Yesha menceritakan dengan semangat 45.

"Kakak kok kayak tau banyak sih?" Ima mulai curiga dengan kakaknya.

"Ya tau lah, dia kan adeknya teman kakak, lia." Jawab yesha dengan tertawa, melihat wajah ima yang seketika terkejut.

"Benarkah? Kok isha gak pernah lihat saat nemenin kakak ke rumah kak lia? Namanya siapa kak?" Tanya ima beruntun.

"Cie ada yang mulai kepo nih!" Yesha tersenyum sambil menutup mulutnya.

"Ish, kakk, seriusan!" Ima mulai gereget dengan tingkah yesha.

"Emm, siapa ya?" Yesha pura-pura mengingat-ingat dengan jari telunjuknya yang memegang dagu. "Kak!"

"Iya-iya, hahaha, wajah kamu lucu banget sih dek!" Yesha tertawa ngakak, setelah sedikit reda, Yesha menatap mata ima.
"Kamu ingin tau? Namanya, adalah__"

***

ArishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang