pt 03. Hak waris

121 78 28
                                        

Yang nunggu Dea siapa?

Awas, di ~Kick . Jangan macem-macem ya, Dea marah bahaya~

Jangan lupa ramekan🌹 bobroknya tunjukkan 👌🏻 jangan di pendam, cukup kekaguman pada doi aja yang di pendam

🌹👌🏻😂🤧
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Cie mau baca👉🏻👈🏻

Tinggalkan jejak ya, biar aku mudah mencari 🤧😂

Tinggalkan jejak ya, biar aku mudah mencari 🤧😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

❝Berkumpul bersama keluargaku sudah cukup, bagiku.❞-Damian.



༶♛ •┈┈⛧┈┈•♛༶

Setelah menerobos para wartawan, mereka segera mengajak Damian menuju ruangan Sellia.

Pintu ruangan Teratai 107 terbuka, menampakkan Matthew, Lidya dan Damian. Denny memusatkan perhatiannya. Sudut matanya memanas saat kedua bola matanya bertemu mata milik sang putra.

Mereka bertiga masuk, Denny bangkit dari duduknya. Mereka bergeser, memberikan ruang untuk kedua insan yang sudah bertahun-tahun tak pernah menyapa.

Denny mendekap putra yang sangat dirindukan. Damian membalasnya dengan ragu. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut keduanya. Membuat suasana hening, yang sangat canggung.

Sellia yang terbaring di atas ranjang rumah sakit mulai terjaga, Lidya membantu Sellia untuk duduk.

"Damian," panggil Sellia pelan, terselip kerinduan yang membuncah dibalik ucapannya. Damian segera menghampiri Sellia ketika Denny melepaskan dekapannya.

Damian merasakannya. Ia merasakan bahwa ini memanglah keluarganya, Steaver.

"Selamat datang kembali di keluarga Steaver, putraku," ujar Sellia yang mulai terisak.

"Mamah, kak Damian udah pulang, jangan sakit ya," pinta Lidya pada sang mamah, membuat Sellia tersenyum tipis.

"Iya, pasti, mamah juga udah gak betah disini," sahut Sellia mengundang gelak tawa Matthew hingga mengakibatkan kedua bahunya terguncang hebat.

Zarch Dealin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang