Pt 14. Terbongkar

54 38 8
                                        

Hai siapa yang udah gak sabar? SKUY lah!

Rekaman suara yang telah Dazylan kirimkan berhasil membuat Dea pergi kembali dengan cepat, meninggalkan Tora dengan kebingungannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rekaman suara yang telah Dazylan kirimkan berhasil membuat Dea pergi kembali dengan cepat, meninggalkan Tora dengan kebingungannya. Ia tidak peduli dengan iris mata yang harus ia dapatkan, yang ia pedulikan ia harus segera mengetahuinya. Sama seperti Dea, Fio kini tengah mengintruksi pilot helikopter yang tadi mengantar ke pulau kecil ini menuju kota tempat tinggalnya. Meninggalkan Kenzie seorang diri di pulau itu dan kebingungannya.

Seperti di kejar waktu, seakan mereka tidak akan mengetahui penjelasan dari rekaman tersebut jika mereka tidak bergerak cepat.

"Sudah gue bilang, yang gue bunuh bukan Kenzie tapi Davendra!" Perkataan Masternya itu kini terngiang-ngiang di pikiran Dea, seakan mendesaknya untuk segera sampai dan mendapatkan jawaban yang memuaskan.

"Bukan kah Fio anak Lo dengan Ciel?" Kini Fio tak habis pikir, untuk apa ayahnya mengirimkan isi suara tersebut.

Membuatnya marah dan sedih secara bersamaan, tapi perkataan Dazylan beberapa waktu lalu membuatnya paham. Apa yang benar-benar terjadi. Lebih anehnya lagi, Fio si gudang rahasia juga memiliki rahasia besar yang tidak dirinya ketahui.

Di ruangan dengan lampu temaram itu, walaupun cahaya matahari terang benderang di luar sana. Rasanya ruangan itu memiliki aura negatif yang sangat berbahaya, beberapa orang menatap Mard beringas. Beberapa di antaranya juga Anggota Das yang bergabung dengan Lungle karena ingin membalaskan dendamnya pada pria tua itu.

Memang sebuah kesalahan besar, Mard sudah berani memporak-porandakan kehidupan orang-orang tersebut yang hanya memiliki peran kecil dalam hidupnya. Pria tua itu meringis kesakitan saat tangannya mulai mengeluarkan banyak darah karena goresan belati yang pernah ia gunakan untuk membunuh Davendra—Kenzie lebih tepatnya.

Bella tersenyum sinis, kemudian menatap Dazylan. Pria berwibawa itu tentu masih memiliki rasa sakit hati yang tak pernah sembuh hingga tua nanti, karena hak nya dari wanita yang sangat ia cintai telah di rampas oleh sahabatnya yang merupakan penghianat sebenarnya dalam kehidupannya. Dazylan memang pria yang tenang, baik, dan berwibawa . Sayang semua itu di manfaatkan Mard dengan keserakahannya.

Waktu berlalu, sahabatnya itu sama sekali tidak merasa bersalah padanya. Belum lagi darah daging yang telah melihat dunia itu hampir Mard bunuh ketika Ciel harus di rawat setelah persalinannya.

Sampai Bella bercerita banyak hal, mengenai sakit hatinya, perilaku Mard pada keluarganya dan keluar Zarch. Dazylan paham, Mard memang penghianat besar yang harus segera di lenyapkan. Dalam kesunyian Dazylan di setiap detiknya, ia masih menanti kata maaf yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Sayang, sepertinya penantiannya berakhir sia-sia di rencana Bella. Walaupun ia cukup memiliki andil besar dalam rencana gadis itu.
Bayangan mengenai sahabatnya yang kini jiwanya tertekan hebat membuatnya semakin yakin, bahwa melenyapkan penghianat itu bukanlah kesalahan tapi sebuah Keharusan. Seperti yang ia katakan sehari sebelum mereka lulus sekolah, "Takdir seorang penghianat adalah mati—ia tidak berhak mendapatkan kehidupan yang begitu sempurna ini." Dazylan tersenyum kecil, selama hidupnya baru pertama kali ia mengikuti perkataan Mard yang akan ia lakukan untuk Mard sendiri.

Zarch Dealin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang