Pt 09. Eriala Sharena

65 53 19
                                    

Akhirnya Up, seperti biasa. Jangan lupa tinggalkan jejak

Merci

❝Mempertahankan, tapi tetap di abaikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Mempertahankan, tapi tetap di abaikan.❞-Eriala

••༶◇༶••

Pemuda itu terdiam, pikirannya dipenuhi dengan gadis yang sangat ia rindukan.
Ponselnya kini bergetar, kemudian ia meraihnya.

"Halo, ada apa?" Kenzie memulai percakapan.

"Maaf mengganggu bos, untuk rapat keputusan siang ini siapa yang akan menghadiri? Karena seharusnya paman Nilo yang menghadirinya." Suara terdengar dari benda pipih itu.

"Saya sendiri yang akan menghadiri," putus Kenzie kemudian menutup panggilannya sepihak.

Kenzie menurunkan kaca mobil, mencari seseorang. Fio melangkah keluar dari kediaman Nilo, pemuda melambaikan tangannya pada Fio. Fio yang melihatnya segera menghampiri adiknya.

"Kenapa?" tanya Fio pada Kenzie.
Sedangkan di waktu dan tempat yang sama, Dea keluar dari kediaman Nilo.

Ia mencari Fio, ada suatu hal yang harus ia ungkapkan padanya. Ia mendapati Fio yang berdiri di sebuah kaca mobil yang terbuka, seperti berbicara pada seseorang. Dea melangkah mendekatinya, melihat wajah pemuda dengan iris biru, rahang yang pas dan hidung mancung yang mengingatkannya akan rupa seseorang.

"Kayaknya gue bakal pulang duluan Fi, menggantikan kehadiran paman Nilo. Gue pulang, nanti gue kirim mobil kesini, sampaikan pamit gue ke ayah." Fio mengangguk paham, Kemudian Kenzie menutup kembali kaca mobil.

"Fi," panggil Dea dengan tangan yang menepuk pelan pundaknya. Fio menegang saat menyadari bahwa yang memanggilnya adalah Dea. Sedangkan Kenzie yang baru saja menarik kembali kepalanya dari depan kaca juga terkejut, saat melihat wajah Dea dari dekat. Jantungnya bergedup kencang, saat Dea menatap kaca mobil yang hitam itu. Ada rasa rindu dan bersalah yang sangat besar dalam hatinya.

"Siapa?" tanya Dea pendek, matanya menatap kaca mobil yang sudah kembali tertutup.

"Dia adik gue," jawab Fio tenang. Tapi jantungnya berdegup kencang, sedangkan Kenzie segera menyalakan mesin dan memutar stir. Membuat mobil melaju dan berputar menjauh dari posisi keduanya.

Dea mengangguk paham, "gue baru tau adik lo cowo." Mata Dea menatap kepergian mobil itu lekat, ada perasaan ambigu yang sulit ia tafsirkan.

"Ada apa?" tanya Fio, mengubah topik. Ia tidak ingin membahas Kenzie dengan Dea.

Mata Dea spontan teralihkan pada Fio.
"Ada hal penting yang harus lo tau, dan gue butuh bantuan lo."

Fio mengangguk paham, kemudian memeluk Dea sekilas. "Tempat biasa," ujar gadis berambut putih itu pelan, Dea menganggukinya. Fio melangkah pergi dari hadapan Dea, tiba-tiba sebuah tangan menepuk pelan pundaknya.

Zarch Dealin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang