Pt 15. See You Mard!

40 37 8
                                        

❝Ternyata benar, orang yang menjagaku belum tentu bisa menghargaiku❞—Dea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata benar, orang yang menjagaku belum tentu bisa menghargaiku❞—Dea

••༶◇༶••

Mata Mard perlahan kembali terbuka, napasnya masih tak teratur kerongkongannya terasa benar-benar kering. Seakan dirinya kini berada di gurun sahara, tapi sepertinya keadaan yang menghampirinya lebih berbahaya dengan gurun sahara.

Dea berdiri di hadapannya, kemudian berjongkok menatap Mard yang kini sangat tak berdaya. "Ternyata alasannya memang seperti itu ya?" tanya Dea, kemudian ia melambai-lambaikan buku milik Mard yang ada di tangannya di hadapan wajah Mard.

Menelan ludahnya saja kini ia tak bisa, yang ada hanya rasa asin dari darah yang keluar dari bibirnya yang lebam karena bibirnya robek. "A-aku hanya i-ingin kau men-jadi pene-rus ku-hoeek!" Dea tersenyum getir saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut Mard.

"Lalu kenapa kau begitu brengsek? Membuat kehadiran ku seakan tak pernah di inginkan." Fio menanti jawaban dari mulut Mard yang kini terus mengeluarkan darah segar, seluruh tubuhnya telah memucat.

"Aku me-mang me-nginginkan mu, bu-kan E-ric."

BHUG!

"NGOMONG SEKALI LAGI BRENGSEK!" Pemuda itu ternyata di sini, menatap nyalang Mard. Tangannya terulur meraih kerah Mard yang telah robek, memperlihatkan dada bidangnya yang memar karena tendangan Berthon.

"JANGAN BILANG NYOKAP GUE MATI KARENA LO JUGA?!" Mard mengangguk pelan, mau berbohong kini juga tidak ada gunanya. Biarkan putra tak di inginkan itu mengetahuinya dari dirinya, dari pada dari Bella.

"LO EMANG BRENGSEK!"

"BANGSAT!"

"KENAPA GA DARI DULU LO MATI AJA?!"

"PASTI GUE GAK AKAN JADI PSIKOPAT KARENA DIDIKAN LO BRENGSEK!" Teriakan Eric kini terdengar kencang di penjuru ruangan itu, membuat mereka menatap Eric miris. Tapi tidak dengan Fio, garis wajahnya masih sama-datar.

Mendapatkan kenyataan begitu menyakitkan dari ayahnya yang sejak dulu ia banggakan memang tak pernah Eric bayangkan, perkataan Bella beberapa bulan lalu ternyata memang benar adanya.

"Mardon adalah pria terbodoh dan brengsek!" Saat senja menyapa penduduk bumi, dengan Eric yang tidak memperdulikan kehadiran dan perkataan Bella di balkon fakultasnya.

Pundak Eric yang naik turun kini di sentuh lembut dengan tangan wanita, wanita yang ia cintai sebelum Dea. Mata Eric membulat saat melihat kehadiran ibundanya-Eriala Sharena. Pelukan hangat terbuai dengan tangan yang melingkar erat di tubuh kecil ibunya, air mata Eric menetesi pundak Eri begitu saja. Membuat suasana haru seketika, pelukan terurai. Ingin bertanya, tapi Eric tak bisa berkata-kata, terlalu bahagia dan kecewa secara bersamaan. Tatapan matanya menuntut penjelasan pada ibunya, yang dengan cepat di pahami Eri.

Zarch Dealin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang