Pt 10. Sisi tak terkendali

56 48 16
                                    

Hai

COBA TEBAK RENCANA BELLA ATAU MARD? AYOK TEBAK

Nanti dapet something, kuy kuy

Happy Reading!

❝Hati, ia terlalu sulit untuk di kuasai.❞—Dea

°°
••༶◇༶••

Kedua pemuda itu kini memasuki ruangan dengan lemari-lemari besar yang berisi banyak pakaian. Mulut Tyo ternganga lebar, saat ia menyadari bahwa ini adalah ruangan pakaian milik Damian.

"Pilihlah baju yang ingin kau kenakan," tutur Damian pelan kemudian ia menaruh dua kardus yang tertumpuk menjadi satu di atas marmer yang sangat mengkilap.

"Kau siapa?" tanya Tyo cepat dengan tangan yang menelusuri baju-baju yang terbalut plastik tebal.

"Wow! Ini barang branded yang sedang trend tahun ini? " celetuknya gembira, dengan tangan gemetar yang menyentuh salah satu baju dengan label bertuliskan 'Stv-style'.

"Panggil saja aku Damian, kakak dari Lidya." Damian mulai mengeluarkan beberapa berkas yang sedang ia cari di dalam kardus.

"Pilih baju sesukamu, dan jangan banyak bertanya karena menggangguku. Ruang ganti baju ada di sudut sana." Jari Damian mengarah kesalah satu pintu berwarna silver.

"Baiklah," jawabnya pendek dengan semangat mencari baju yang ia suka. Terlihat beberapa rak berisi banyak alas kaki dengan banyak model dan warna.

Tiba-tiba saja sebuah ketukan pintu disusul sebuah pertanyaan yang terkesan terburu-buru terdengar dari luar ruangan tersebut.

"Kakak! Liat manusia mumi gaak?" Itu suara Lidya yang sangat cempreng, membuat Tyo menautkan kedua alisnya.

Baru ingin di sahuti oleh Damian Lidya sudah bergerak cepat dengan langkah kecilnya. "Di bilang tunggu, ya tunggu," omel Lidya pada Tyo. Dengan kedua tangannya terlipat di depan dada dengan raut wajah kesal.

"Kakak yang ajak kesini Lidya," sahut Damian pelan, "biarkan ia mengenakan baju." Tyo menghela nafas pelan melihat perubahan raut wajah Lidya setelah ucapan Damian selesai, dirinya kini menjadi takut dengan Lidya, mengingat bahwa gadis manis itu bukan manusia yang cukup dikatakan waras.

Sedangkan  di tempat lain, gadis dengan tatapan tajam itu sedang bersiap melepaskan kuda-kuda yang telah ia siapkan. Dengan pakaian serba hitam dan juga masker hitam yang menutupi sebagian wajah menawannya yang telah terpasang rapih. Matanya menatap tajam undakan yang terhubung pada atap rumah yang tidak terlalu tinggi.
Kaki tirus dan tingginya, melepaskan kuda-kuda. Melompat dengan cepat dan tepat. Melangkah dan melompat di atas atap pemukiman dan gedung-gedung pencakar langit, cahaya bulan dan bintang kini menggantikan matahari. Angin malam yang dingin berhembus pelan menyapa tulang gadis itu, tapi ia tak tergoyahkan.

"Jambreet! Toloong!"

"jambreet!"

Teriakan yang terdengar sayup-sayup itu memasuki pendengarnya, dengan cepat ia melompati satu persatu bangunan-bangunan yang ada di hadapannya. Makin lama suara itu makin terdengar jelas.

"JAMBREET! TOLONG!"

HAP!

HAP!

Zarch Dealin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang