14

172 22 0
                                    

Aku tidak menangis sesaat setelah pulang dari acara makan malam di rumah keluarga Leclerc, Lorenzo berkali kali menatapku seolah bertanya apa aku baik baik saja. Aku hanya tersenyum tipis sebagai jawaban.

Jika ada yg bertanya bagaimana perasaanku, hancur. Hancur tak ada lagi yg tersisa, tak ada lagi harapan bahkan harapanku jatuh sebelum berkembang. Tapi mengapa aku sama sekali tak menangis, entahlah aku juga tak mengerti.

Saat itu aku berpikir akan menangis di dalam kamar dan menumpahkan semuanya, menumpahkan rasa kecewa, rasa sakit hati yg bercampur menjadi satu. Namun nyatanya aku hanya terdiam menatap wajahku dicermin, kemudian mengasihani diri sendiri. Tapi tak ada air mata disana

Seolah stock air mata telah habis tak bersisa, aku hanya menghembuskan nafas berat berulang-ulang kali sebelum berganti pakaian dan tidur.

Siang ini aku hanya duduk santai di balkon kamar setelah kemarin seharian pergi bersama keluarga untuk mengunjungi bbrp teman dan kolega dad, ditemani dengan segelas air lemon. Tak lupa kuputar spotify dengan beberapa lagu acak yg menjadi playlistku.

"lil apa aku boleh bergabung?"pintu kamar terbuka ada brian disana, sedikit berteriak agar terdengar olehku. aku menoleh dan mengangguk, menepuk sofa disebelahku untuk menyuruhnya duduk.

Brian duduk dan meletakkan sebuah kotak besar, lalu memintaku untuk membukanya. Aku menaikkan alis sebelum menuruti perintahnya,

"waaaaah, ini semua untuk ku. kau tidak bohong" aku menggeleng pelan mantap isi kotak tersebut, di dalamnya ada banyak sekali whoppie pie, dan macaron kesukaanku.

"kau bisa menghabiskannya, tapi jangan bilang mom. agar kau tak kena marah akibat terlalu banyak makan coklat"brian tertawa sebelum meminum ice kopi starbuck nya.

Brian suka sekali kopi, entah itu kopi hitam, kopi susu, latte intinya semua kopi. Bahkan kopipun sangat tak berpengaruh padanya, kebanyakan setelah minum kopi orang akan kesulitan tidur. tapi itu tak berarti untuk brian, ia bahkan bisa tertidur kurang dari 5 menit setelah menghabiskan 1 cangkir kopi hitam.

Aku menikmati whoppie pie dengan bersenandung kecil mengikuti irama lagu ariana grande

"lil"brian memanggil ku

aku hanya berdeham menjawab panggilannya.

"apa kau mencintai charles" sungguh aku hampir saja tersedak jika tak buru buru menelan potongan kecil whoppie pie ke dalam tenggorokan.

Aku menggeleng cepat, "tentu saja tidak, kau ini bicara apa"jawabku setenang mungkin agar brian tidak curiga. Sesungguh nya aku lebih takut jika brian tau hal ini daripada siapapun, karna aku tidak bisa berbohong dihadapan brian.

Brian menghembuskan nafasnya pelan kemudian menatapku "sudah sejak lama aku tahu jika kau menaruh hati pada charles"

"tidaaak, aku"belum selesai brian berkata aku memotongnya, dia memelototiku dan meminta untuk diam mendengarkan ia menyelesaikan kalimatnya.

"aku tau kau akan berkata jika kalian hanya bersahabat, dan tidak mungkin muncul rasa diantara kalian"

"tapi aku mengamati kalian berdua sedari kalian kecil hingga sekarang, tatapan matamu yg awalnya menganggap charles sahabat seiring berjalannya waktu berubah menjadi seorang lelaki yg kau idamkan. Jangan mengelak aku sangat tau lil"

Aku hanya diam, diam tak mau menjawab hanya menatap brian dalam.

"matamu yg mengatakan itu semua, matamu mengatakan bahwa kau sangat mencintai charles. Meskipun kau selalu menyangkalnya, saat kau menyadari bahwa charles lah orangnya dan mendapati dia sudah bersama wanita lain. kau mulai putus asa, kau menganggap perasaanmu bukanlah apa apa. Kau anggap perasaanmu adalah suatu masalah, dan kau tak berhak memiliki itu"

Satu tetes air mata berhasil menetes saat aku mendengar brian mengatakan hal itu.

"kau selalu menyalahkan dirimu,kau pergi kabur ke canada berharap perasaan itu hilang. lalu kau kembali ke monaco merasa bisa menerima semuanya, dan ternyata kau salah. Kau bersikeras tak mengungkapkan perasaanmu, beralasan bahwa tak ada gunanya karna charles tak memiliki perasaan apapun padamu."

Aku menangis dalam diam menatap brian

"kau salah lil, kau sangatt salah. Apa kau tak melihat tatapan charles padamu? apa kau tak merasakannya. Charles juga mencintaimu lil, Charles menatapmu seperti kau menatapnya. dan tak ada yg berubah dari hal itu meskipun dia memiliki kekasih"

aku tersenyum sinis dan menggeleng pelan, perkataan brian benar benar tak masuk akal. dan tak bisa dijamin kebenarannya.

"kau yg salah bri, charles menatap wanita itu dengan tatapan penuh cinta. charles mencintai wanita itu bri, mereka akan menikah. Apakah mungkin dia mencintaiku tapi menikah dengan orang lain. Kau salah bri, kau sangat sangat salah"

"tak mungkin tiba tiba aku datang dan mengatakan bahwa aku mencintainya, tak mungkin aku merusak kebahagiaan orang. Charles tak pernah mencintaiku bri, dia hanya menganggapku sahabat, tidak lebih. Andai aku bisa aku ingin menghapus rasa ini bri, aku tak ingin terus seperti ini. aku lelah, aku ingin pergi dari monaco. tolong aku bri, kumohon tolong aku, tolong bawa aku pergi dari sini"

Bahuku bergetar hebat, aku mengeluarkan semua perasaan yg kusimpan rapat rapat. Tangisku pecah, airmata yg tersimpan mendadak keluar tanpa bisa kuhentikan. Rasa sakit dihatiku mendadak menyebar merasuk hinga ke tulang.

Brian menarikku kedalam pelukannya, memintaku menangis sepuasnya, selama apapun yg ku mau. Akhirnya aku menemukan alasan, mengapa air mataku tak bisa keluar saat aku ingin mengeluarkannya. Karna aku butuh seseorang yg memelukku saat aku merasa seperti ini, aku butuh seseorang yg bisa mendengarkan apa yg kurasakan. Dan aku sangat tahu, brian benar benar orang yg tepat.

Beautiful Goodbye || Charles LeclercTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang