WAKTU telah menunjukkan hampir pukul delapan malam saat [Name] selesai. Ia tergesa-gesa keluar dari kantor, lalu menemukan Oikawa sedang berjongkok menyedihkan di dekat gedung dengan earphone yang menggantung di kedua telinga. Lelaki itu memunggunginya, menatap jalan di hadapan yang masih ramai pada malam hari.
"Oikawa Tooru!"
Oikawa menoleh, tersenyum hangat sehingga [Name] merasa bersalah telah membuat lelaki itu menunggu lama.
"Hai, [Name]. Selamat malam." Oikawa berdiri, lalu berjalan mendekati [Name]. Ia melepaskan earphone, menggulungnya asal untuk disimpan dalam saku celana. "Yosh, kita akan ke mana?"
"Kau menungguku."
[Name] bergumam, tanpa menjawab pertanyaan Oikawa. Lelaki itu mengangguk, mengusap puncak kepala [Name] dengan lembut. "Ya."
"Dan menemaniku ... memberikanku semangat melalui lagu-lagumu yang sesekali fals itu."
Oikawa terkekeh, masih mengusap rambut [Name], bahkan mengacaknya hingga berantakan.
"Aku melakukannya sama sepertimu, bukan? Selama ini kau juga datang ke setiap pertandinganku, memberikanku dukungan tanpa henti."
Oikawa ingat. [Name] mengira itu adalah hal yang tak penting untuk diingat oleh Oikawaーlagi pula, selain dirinya ada begitu banyak gadis lain yang pernah mendukungnya di pertandingan.
"Ayo kita pergi. Kau pasti lapar dan aku juga lapar. Kita harus makan malam." Tangan Oikawa beralih untuk mengenggam tangan [Name], lalu menariknya pelan dan mereka berdua mulai berjalan.
Malam itu masih ramai, kota begitu terang oleh cahaya-cahaya lampu dari pertokoan dan kendaraan. Orang-orang juga berlalu-lalang, tampaknya belum terlalu malam untuk pulang.
"Kita mau makan di mana?" tanya [Name].
"Entahlah." Oikawa mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari restoran yang menarik minatnya. "Aku jarang pergi ke daerah ini ... aku kurang tahu mana tempat makan yang bagus. Apa kau ada rekomendasi?"
"Aku belum lama tinggal di sini," kata [Name]. "Aku juga biasanya memasak sendiri daripada makan di luar, karena jauh lebih hemat. Jadi, aku juga tidak tahu."
Lalu Oikawa tertawa. "Oke, kita akan memilihnya secara acak."
"Atau mau memasak di apartemenku saja?" tawar [Name], agak takut untuk melaksanakan ide Oikawa.
"Aku tak meragukan kemampuan memasakmu, [Name], tapi aku ingin kencan pertama kita tidak di apartemenmu. Kamu juga perlu refreshing setelah bekerja, jangan membuatmu lelah karena harus membuat makanan lagi." Oikawa menjelaskan dengan penuh perhatian, lalu berhenti pada sebuah restoran di sudut jalanーyang sebenarnya sudah cukup dekat dengan apartemen [Name].
"Ayo masuk," ajak Oikawa, "seharusnya semua restoran sama."
Mereka pun masuk ke dalam restoran tersebut. Didesain dengan furnitur berbahan kayu serta banyak lampu yang agak redup, menjadikan suasana di sana terasa seperti rumah. Di salah satu sisi ruangan, ada sebuah bar kecil yang menyajikan beragam jenis wine dan alkohol, sesuatu yang tak diduga Oikawa.
"Aku tidak mengira ada bar."
"Sebenarnya jika kau membaca dengan teliti, papan nama di depan tertulis 'Restoran dan Bar'," respon [Name].
Oikawa terkekeh atas kecerobohannya, dan ia bicara dengan pramusaji di sana. Mereka pun di tempatkan di meja untuk dua orang di tengah restoran, karena hanya tempat itulah yang kosong.
Karena baru pertama kali berkunjung, Oikawa dan [Name] memutuskan untuk memesan apa yang rekomendasikanーsteak andalan restoran serta wine rendah alkohol.
Sepeninggal pramusaji yang melayani mereka, Oikawa menatap [Name] yang duduk di seberangnya. "Aku bahagia bisa bersamamu di sini."
♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Habromania : Oikawa Tooru
FanfictionFANFICTION ─ Ia menciumnya. Tanpa peringatan, tanpa pertanda. "Jangan bilang kamu mencintaiku, Oikawa-kun. Kamu tidak cocok berbohong." Habromania (n.): delusions of happiness. Sejak Agustus 2020 Ditulis oleh Himawari Natalia Haikyuu, Haruichi Furu...