ᵈᵘᵃ ᵖᵘˡᵘʰ

661 133 0
                                    

SETELAH resmi berpacaran, [Name] berusaha meningkatkan kualitas diri. Terutama memperbaiki hal-hal yang dahulu menjadi kesalahannya.

Ucapan aku mencintaimu dari Oikawa terus terngiang dalam benak, kendati mereka masih sulit untuk berkomunikasi setiap hari. Tetapi [Name] percaya pada kata itu, dan memperjuangkan dirinya untuk cinta.

Pekerjaan yang [Name] lakukan kembali menjadi normal, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Ia kembali disanjungkan, tidak perlu lagi lembur untuk memperbaiki pekerjaan yang tak tuntas.

Aku mencintaimu, [Name]! Selalu ingat itu ya, semangat untuk pekerjaanmu.

Lucu, semangatnya membara karena dukungan Oikawa melalui chat.

Hari ini kembali menjadi akhir pekan, Minggu yang cerah dengan langit biru. [Name] membersihkan apartemennya seraya menonton televisi yang menampilkan berita olah raga. Saat ini menunjukkan tim voli Argentinaーtentu ada Oikawaーyang sedang berlatih.

Kemudian, tanpa diduga Oikawa juga diwawancara.

"Aku sangat bangga bisa menjadi bagian dari tim," kata Oikawa, menjawab si jurnalis perempuan berparas cantik itu dengan ramah. [Name] melihatnya dengan jelas di layar kaca, diam-diam merasakan denyut cemburu dan minder dalam hati. "Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menang."

[Name] menggeleng. Mengabaikan perasaan itu dan kembali mengepel lantai. Ia tak seharusnya merasa begitu, karena bagian dari pekerjaan adalah profesionalitas.

Ia mendengar si jurnalis perempuan tertawa hangat, lalu mengajukan pertanyaan pada anggota tim lain. Kemudian [Name] tidak lagi peduli pada televisi yang terus berbunyi, mengisi kekosongan apartemennya.

"Aku percaya pada Tooru," gumam [Name]. Masih mengepel, ia menggeser sofa untuk membersihkan bagian bawahnya. Berbicara pada diri sendiri saat tidak ada siapa pun adalah hal yang terbaik. "Aku yang paling mengerti pekerjaan jurnalis seperti apa, itu hanya sikap seorang pro."

Ia tak boleh cemburu. Tak bisa.

[Name] mencintai Oikawa Tooru sehingga hal sekecil itu bisa mengaburkan logikanya, dan desir cemburu mengusiknya seharian.

Apa kabar, [Name]? Aku sedang istirahat sekarang, kami diberi waktu 30 menit.

Pesan Oikawa masuk pada tengah hari dan [Name] tak langsung membalas meski ia senggang dan sudah membaca pesan itu.

Ia ingin cerita tentang perasaannya yang aneh.

Namun, itu diurungkan karena malu ... sikap cemburu dengan penyebabnya si jurnalis cantik yang hanya melaksanakan kewajiban terasa tidak benar.

[Name] membalas setelah setengah jam berlalu, saat Oikawa kembali latihan, mengabarkan dirinya baik-baik saja.

Habromania : Oikawa TooruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang