ᵗᶤᵍᵃ

1K 162 2
                                    

MEREKA tidak sengaja berpapasan di pertengahan libur musim dingin. Oikawa sedang lari pagi, dan [Name] baru saja keluar dari salah satu toko untuk membeli kebutuhan mendesak (re: pembalut wanita).

"Oh, [Name]-chan! Ohayou."

[Name] tersenyum. "Ohayou, Oikawa-kun. Berolahraga sepagi ini?"

"Yaa~aku tidak bisa menghilangkan kebiasaanku."

Pertandingan dengan Karasuno adalah yang terakhir untuk Oikawa yang sudah berada di kelas tiga. Lalu ia tidak lagi disibukan dengan kegiatan klub voli, melainkan berbagai ujian untuk lulus SMA.

"Seperti itulah dirimu, Oikawa-kun," ucap [Name]. "Pergilah, lanjutkan larimu."

Oikawa menggeleng, lalu berkata, "Kuantar kau pulang."

"Aku bisa sendiri," ujar [Name] dengan ekspresi kejut yang kentara.

Oikawa tertawa. Ia tahu [Name] itu mandiri dan berani, bukan tipe gadis yang meminta ditemani pulang. Walaupun [Name] salah satu gadis yang menjadi penggemarnya, ia tahu [Name] berbeda dari yang lain.

"Dasar booodoh. Ada yang mau kubicarakan denganmu sambil berjalan," kata Oikawa. "Ayo."

Wajah [Name] agak tersipu, terlihat lucu bagi Oikawa. Mereka mulai berjalan bersisian ke arah rumah [Name] yang tak jauh dari situ.

"Jadi apa yang ingin kau katakan?" tanya [Name].

"Menurutmu bagaimana jika aku ke luar negeri?" Oikawa kembali bertanya.

Belakangan ini, Oikawa berpikir tentang masa depannya. Ada tawaran dari klub atletik di Brazil, dan ia bisa bergabung untuk menjadi atlet voli profesional di sana. Tentu saja itu tak akan mudah, banyak latihan keras sebelum mencapai posisi atlet resmi.

Hanya saja kekalahan demi kekalahan yang Oikawa alami membuat ia meragu. Haruskah ia terus melangkah dalam dunia voli, atau berhenti dan melanjutkan universitas? Ia juga masih bisa bermain voli di kuliah, walaupun tidak untuk profesional.

"Untuk apa?" tanya [Name] lagi, menuntut penjelasan.

Kemudian, Oikawa menjawab tanya itu dengan menceritakan apa yang menjadi keresahannya. Tawaran yang sudah ada dalam genggaman, tetapi takut diambilnya. Mimpi yang terasa sangat jauh untuk digapai.

Lalu, [Name] berhenti berjalan. Oikawa juga.

"Bagaimana jika aku bilang untuk jangan pergi?"

Habromania : Oikawa TooruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang