IA tidak mungkin lupa dengan Oikawa. [Name] hanya berpura-pura untuk tak ingat.
Meskipun tak sering, selama ini [Name] masih suka mencari kabar mengenai sosok lelaki bersurai cokelat itu. Entah melalui media sosial atau kabar dari teman. Belakangan ini, popularitas Oikawa juga meningkat karena bergabungnya dengan klub profesional voli Argentina sehingga sering muncul di berbagai media olahraga.
Tanpa sadar, [Name] juga mengikuti jejak Oikawa.
Ia menjadi wartawan sejak lulus kuliah, dan melamar pekerjaan yang membuatnya secara bertahap mendekati Oikawa. [Name] sering berpindah-pindah tempat bekerja, sehingga akhirnya ia bisa berada di negara yang sama dengan cinta pertamanya itu.
Masalahnya sekarang ... untuk apa?
Butuh waktu satu tahun hingga [Name] diberikan kesempatan untuk mewawancarai bidang olahraga, setelah selama ini hanya seputar entertainment. Sekarang ia dapat melihat Oikawa lagi dari jarak dekat, dan tidak tahu apa gunanya ia melakukan semua ini.
"[Name]-chan~!"
Mungkin, jauh di lubuk hati [Name] ... ia melakukannya untuk mendengar panggilan itu lagi.
"[Name], sepertinya atlet itu memanggilmu ya?" tanya Paul, rekannya untuk wawancara hari ini. Lelaki itu diutus untuk pergi bersama dengan [Name], memiliki kulit kecokelatan akibat sering main ke pantai dan tinggi raksasa (hampir mencapai dua meter) hingga ia terasa pendek setiap di sampingnya.
"Biarkan saja, kita masih harus ke kantor untuk menulis berita bagus hasil wawancara dengan kedua pelatih hari ini," jawab [Name] acuh tak acuh.
Sebetulnya ia peduli, tetapi semua telah berakhir saat SMA. Dan [Name] yang mengakhiri hubungannya dengan Oikawa.
"Tapi ia ke sini, lho." Paul berujar, sehingga [Name] terkejut.
[Name] sejak tadi memang menundukan kepala untuk merapikan barang yang mereka bawa ke dalam tas, sedangkan Paul yang lebih senior hanya memperhatikan.
"Halo, halo!"
[Name] dapat merasakan presensi Oikawa di balik punggungnya, menyapa dengan nada ramah tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Ada yang bisa kubantu? Oh~! Apa kau mau menitipkan informasi untuk disampaikan?" tanya Paul blak-blakan.
"Tidak, tidak. Aku di sini hanya mau menyapa [Name]-chan jika kau tidak keberatan." Oikawa berkata santai kepada Paul, lalu menepuk punggung [Name].
[Name] berbalik, hampir melotot. "Diamlah."
"Galaknya~. Apa ia selalu seperti ini sekarang?" tanya Oikawa sambil tertawa. Lalu memberikan senyum meledek kepada [Name].
Paul akhirnya ikut tertawa melihatnya. "Tidak juga, ia sebenarnya cukup imut. Nah, [Name]. Biarkan aku membawa barang-barang yang telah kau bereskan ke mobil. Sepertinya kau masih ada urusan di sini."
"Baiklah. Berikan aku lima menit," kata [Name]. Pandangannya teralih pada Paul yang membawa tas mereka, berisi kamera dan perlengkapan lain. Lalu berjalan meninggalkan ia dan Oikawa hanya berdua.
"Apa kau akan terus memandangi laki-laki itu?" tanya Oikawa. "Kurasa aku tidak menyukainya."
"Istrinya bisa marah jika kau mengatakan itu," jawab [Name], sekarang kembali menatap Oikawa. Sosok yang sudah lama ia tak temui dan hanya dilihat fotonya melalui media.
"Istrinya ... kau?" Oikawa terlihat terkejut.
"Jangan macam-macam. Aku belum menikah, dan ia punya istri sendiri."
Ada ekspresi lega yang terpancar dari wajah Oikawa. Kemudian ia tersenyum.
"Kalau begitu, boleh aku memelukmu [Name]-chan?"
♡
author note: hi, maaf update-nya lama karena ada yang harus kukerjakan. jadi beberapa hari belakangan aku sedang sibuk untuk belajar bahasa inggris (yea, kemampuanku masih pas-pasan untuk itu) dan nonton anime atau drakor wkwkw. kuusahakan untuk selanjutnya update lebih cepat lagi. thank you for reading. ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Habromania : Oikawa Tooru
FanficFANFICTION ─ Ia menciumnya. Tanpa peringatan, tanpa pertanda. "Jangan bilang kamu mencintaiku, Oikawa-kun. Kamu tidak cocok berbohong." Habromania (n.): delusions of happiness. Sejak Agustus 2020 Ditulis oleh Himawari Natalia Haikyuu, Haruichi Furu...