TERNYATA tempat [Name] bekerja menjadikan Oikawa Tooru sebagai bintang tamu di majalah olahraga bulanan pada edisi lalu.
Hanya saja, saat itu bukan [Name] yang bertanggungjawab untuk mewawancarai Oikawa, sehingga mereka tidak bertemu.
Oikawa mengetahui itu dari pelatihnya, ia bertanya mengenai dari mana asal kedua wartawan yang mewawancarai pertandingan latihan mereka.
Dan sekarang, di sinilah ia ... duduk di sofa ruang tunggu dengan banyak pandangan mata tertuju padanyaーterutama kaum perempuan. Bisik-bisik terdengar, Oikawa bisa menebak kira-kira apa yang dibicarakan mereka. Seperti biasa, tidak pernah jauh dari tubuhnya yang atletis karena olahraga atau gen yang sangat Asia.
"Sedang apa kau di sini?!" [Name] akhirnya tiba di depan Oikawa, menggunakan bahasa Jepang agar tak ada yang memahami pembicaraan mereka. Ia duduk di sofa seberangnya. "Kau tidak diundang, edisi khususmu sudah terbit bulan lalu."
Oikawa tertawa. "Galak sekali. Aku sudah bilang kalau aku akan menemuimu lagi, bukan? Ini bukan pertemuan untuk pekerjaan, tapi urusan pribadi."
[Name] terdiam. Ia mengira ucapan sebelumnya saat mereka bertemu lagi beberapa hari yang lalu ... hanya sebuah candaan. Sekalipun selama ini Oikawa tidak pernah berbohong kepadanya, ia tetap berasumsi demikian.
"Apa kau sibuk?" tanya Oikawa.
"Tentu! Banyak yang harus aku kerjakan, dan kau datang mencarikuーsemua orang jadi ribut," jawab [Name], nadanya begitu kesal.
Lagi, Oikawa tertawa dan wajah [Name] memanas.
"Kapan kau selesai? Aku akan menjemputmu." Oikawa menyadari raut wajah [Name], merasa ada harapan di sana. Ia tersenyum. "Kalau tidak, aku akan menanyakannya pada satpam saja."
"Tu-tunggu. Aku selesai pukul lima." [Name] mengalah. Menjawab pertanyaan itu.
"Baiklah." Oikawa berdiri, menghampiri [Name] dan duduk di sebelahnya.
Ia rindu segala sesuatu tentang [Name], dan melepasnya di masa lalu adalah kesalahan yang bisa diperbaiki di masa sekarang. Oikawa tak akan pernah pergi lagi.
Sekarang, gilirannya untuk mengejar [Name].
Oikawa mencondongkan tubuh, mendekatkan wajah pada telinga kiri [Name]. Ia berbisik lembut, "Semangat bekerjanya. Aku akan menunggu."
Sebelum [Name] sempat bereaksi, Oikawa pun mengecup pipi gadis itu ....
"[Name]-chan."
Dan, Oikawa tersenyum saat menatap [Name]. Menepuk puncak kepalanya, lalu berdiri dan meninggalkan ruangan itu.
♡
author note: ya ampun ternyata aku tunda cerita ini sebulan lamanya. :'D
KAMU SEDANG MEMBACA
Habromania : Oikawa Tooru
FanfictionFANFICTION ─ Ia menciumnya. Tanpa peringatan, tanpa pertanda. "Jangan bilang kamu mencintaiku, Oikawa-kun. Kamu tidak cocok berbohong." Habromania (n.): delusions of happiness. Sejak Agustus 2020 Ditulis oleh Himawari Natalia Haikyuu, Haruichi Furu...