ᵗᶤᵍᵃ ᵇᵉˡᵃˢ

792 157 15
                                    

SEMUA manusia itu berubah.

Pertama kali [Name] menyadari perubahan Oikawa adalah sesaat sebelum ia melarikan diri ke kamar mandiーia melihat tubuh lelaki itu lebih berotot dengan bahu lebar dan dadanya yang bidang. Semua itu terlihat jelas karena kaus yang dikenakannya basah kuyup dan seolah melekat erat dengan tubuhnya yang atletis.

Hal tersebut membuat wajah [Name] merona. Ia sering melihat foto Oikawa di majalah atau internet dan menonton pertandingannya melalui video, tetapi semua itu jelas jauh berbeda dengan melihat langsung.

Lalu, [Name] juga berubah.

Ia menyadarinya, tentu saja. Dari jurnalnya yang ditulis sejak SMA untuk mencatat momen ataupun sesuatu yang penting, banyak hal-hal berubah mengenai dirinya seiring dengan waktu yang berlalu.

Tapi perasaannya pada Oikawa masih ada, jauh di lubuk hatinya, tersembunyi dan terlalu takut untuk ditunjukkan kembali seperti dulu.

[Name] menghela napas, bergerak menuju lemari, mencari pakaian untuk dikenakan Oikawa pada tubuhnya yang besar itu. Ia mengambil kaus yang menjadi merchandise tempat ia bekerja, warna putih tanpa corak dengan logo nama perusahaan di bagian dada. Ia menyimpannya di sudut terdalam, tak pernah memakai karena ukurannya terlampau besar.

Kemudian, celana ....

[Name] meletakkan kaus besar yang ia temukan di dekat kamar mandi. Lalu memanggil Oikawa dari luar.

"Oikawa-kun."

Suara Oikawa pun terdengar. "[Name]-chan? Kau berubah pikiran dan ingin mandi bersama~?"

[Name] tidak tahu harus marah atau tertawa mendengar kalimat yang diucapkan dengan nada bercanda seperti itu.

"Aku mau mencari pakaian untukmu, tahu. Aku sudah menemukan kaus yang semoga saja muat padamu, kuletakkan di dekat pintu. Aku pergi dulu, jangan kacaukan apartemenku."

"[Name]-chan!" seruan Oikawa kembali terdengar, kali ini diikuti dengan hilangnya suara air dari shower. Suasana menjadi sepi, samar-samar terdengar suara derai hujan yang masih deras di luar.

"Kau masih di situ?" tanya Oikawa.

"Ya."

"Berhati-hatilah. Maaf ..., aku merepotkanmu lagi."

"Tidak apa-apa."

"[Name]-chan?"

[Name] tidak mendengar panggilan itu, karena ia sudah beranjak pergi keluar apartemen. Suara pintu depan yang terbuka dan tertutup terdengar jelas dari kamar mandi tempat Oikawa berada.

Sementara Oikawa melanjutkan ucapannya, meskipun tahu tak tersampaikan pada [Name].

"Aku sangat merindukanmu."

Habromania : Oikawa TooruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang