ᵈᵘᵃ ᵖᵘˡᵘʰ ˡᶤᵐᵃ

631 115 6
                                    

MALAM sudah tiba.

Oikawa dan [Name] mengobrol di pantai sampai senja. Oikawa banyak bercerita mengenai klub volinya yang sekarang, dan bagaimana ia sangat bangga menjadi bagian dari tim.

Kemudian mereka memutuskan untuk makan malam di restoran usai berganti pakaian di hotel tempat [Name] menginap. Oikawa yang menyuruh gadis itu untuk tinggal di hotel selama semalam daripada pulang ke apartemen yang jauh sendirian.

"Hari ini menyenangkan." Oikawa menautkan jemarinya pada milik [Name]. "Sayang sekali aku harus latihan besok pagi, jadi tidak bisa mengantarmu pulang."

"Hmm~. Tidak masalah. Aku senang bisa menginap di hotel, terima kasih sudah membayarkannya juga," sahut [Name]. Keduanya kembali berjalan menuju hotel di dekat pantai San Juan tempat mereka kencan hari ini. "Kau juga harus lekas kembali ke asramamu."

"Benar sekali." Oikawa terlihat kecewa, tidak ingin ini segera berakhir.

Sesampainya di hotel, Oikawa pun memaksa mengantarkan [Name] sampai kamar.

"Apa yang salah dari mengantarkan pacar?"

Pertanyaan itu tak dapat ditolak [Name].

Sulit rasanya untuk berpisah, meskipun seharian ini sudah bersama.

"Nanti di pertandingan resmi, maukah kau datang menontonku seperti dulu?" tanya Oikawa ketika mereka telah tiba di depan kamar [Name].

"Tentu saja," jawab [Name] otomatis. Ia mengeluarkan kunci kamar dari tas tangan, lalu tersenyum menatap Oikawa. "Aku akan dengan senang hati melakukannya."

"Kau yang terbaik!" seru Oikawa bahagia, ia tersenyum lebar. "Oh ya, aku ingin mengakui sesuatu, [Name]-chan."

"Kali ini ada apa, Tooru?"

"Aku selalu merasa ada yang kurang jika kau tidak datang ke pertandinganku. Mungkin ini terdengar aneh, tapi selama ini aku sering melihat ke bangku penonton hanya untuk mencarimu."

"...."

"Aku senang kita bisa bertemu lagi seperti ini," kata Oikawa. "Terima kasih telah mengejarku."

"Aku tidak mengejarmu," balas [Name] malu. "Y-yah, mungkin secara tidak sengaja."

Oikawa tersenyum. "Aku tahu, kok. Tanpa kamu sadari, kamu mengikutiku untuk berada di sini. Iya, kan?"

"Kamu tahu karena membaca jurnalku waktu itu, kan? Kurang ajar," celetuk [Name], pura-pura kesal. Ia mendekat ke arah Oikawa, sedikit berjinjit untuk mencium pipinya. "Selamat malam, Tooru."

"Selamat malam, [Name]-chan." Oikawa mengatakannya dengan wajah merah padam─sangat malu dengan yang dilakukan [Name] dengan mendadak. "Beristirahatlah yang baik, lekas tidur ya."

"Ya." [Name] membuka pintu yang sebelumnya terkunci dan hendak masuk ke kamar. "Kau tidak akan pergi?"

Oikawa terkekeh. "Setelah kau masuk lebih dulu."

"Baiklah."

"Te amo, [Name]."

"Aku juga mencintaimu."

[Name] pun masuk ke dalam dan menutup pintunya. Tepat setelah itu, Oikawa berlalu dari sana untuk menuju asrama.

Habromania : Oikawa TooruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang