ᵉᵐᵖᵃᵗ ᵇᵉˡᵃˢ

777 146 11
                                    

"CEPAT pakai bajumu!"

"Tapi [Name]-chan, baju yang kau berikan itu ukurannya terlalu pas-pasan. Aku tidak sengaja menariknya dengan kuat sampai sobek ...."

"Oikawa Tooru, kau ini benar-benar menyebalkan dan merepotkan."

Oikawa terkekeh. [Name] melemparinya sebuah celana pendek dengan karet pada pinggang sehingga lebih mudah melar, lalu berdiri membelakanginya.

"Dari mana kau dapat celana laki-laki ini?" tanya Oikawa, terdengar nada protektif dalam suaranya. Ia mencoba celana yang diberikan ituーuntunglah ukurannya sesuai, sehingga ia tidak perlu menggunakan handuk lagi untuk menutupi bagian bawahnya yang telanjang. "Aku muat, nih."

"Dari pacarku."

Oikawa yakin wajahnya berubah sangat marah, atau bahkan jelek. Ketika [Name] melihat ke arahnya, ia segera meralat ucapannya lagi.

"Aku hanya bercanda. Itu dari tetangga apartemenku, mereka pasangan baru. Aku hampir digantung istrinya ketika berniat mau pinjam celana pria, sampai aku menyebut namamu dan menjelaskan situasi ini. Well, mereka kebetulan penggemar voli dan mengenalmu. Kau berutang tanda tangan untuk celana itu."

Oikawa tersenyum puas. Itu terdengar jauh lebih baik.

"Aku akan berikan tanda tangan sebanyak apapun yang mereka mau," balas Oikawa. Ia menyampirkan handuk pada bahunya, menjadikan itu seperti sebuah mantel.

Meskipun tetap saja tubuh besarnya terekspos jelas, usaha yang sia-sia oleh handuk yang kecil itu.

"Syukurlah. Kupikir hidupku akan segera berakhir." [Name] terlihat lega.

"Nanti aku juga bisa bertemu dengan mereka langsung, untuk mengembalikan celana ini." Oikawa berjalan ke sofa kecil milik [Name], menepuk sisinya yang masih kosong. "Duduklah di sini."

"Aku akan mencuci bajumu dulu...."

"Duduklah, [Name]-chan. Aku sudah mencucinya saat kau pergi lama sekali. Setidaknya kali ini kau tidak perlu repot karenaku." Oikawa tersenyum, kembali menepuk-nepuk sofa.

[Name] terdiam, tidak langsung bergerak. Dipandangnya Oikawa yang masih berjarak beberapa langkah darinya, enggan mendekat.

Namun, seolah tahu kelemahan [Name], ekspresi Oikawa mulai memelasーkedua matanya yang cokelat itu membulat lucu dan polos seperti anak anjing.

"Oohh. Baiklah." [Name] mengalah, ia mendekat dan Oikawa tersenyum.

Ketika [Name] sudah duduk di sisinya, Oikawa segera merangkulnya, dan ini adalah jarak terdekat pertama mereka setelah bertemu lagi.

Habromania : Oikawa TooruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang