"BUKALAH."
Oikawa memberikan sebuah kotak kecil berwarna cokelat dengan sebuah pita warna merah muda kepada [Name]. Sebuah hadiah. Saat itu juga ia meminta untuk membukanya.
"Aku tidak sedang ulang tahun," tandas [Name]. Ia bahkan baru selesai bekerja. "Tidak ada sesuatu yang khusus juga...."
"Buka saja, oke?" Oikawa menepuk-nepuk puncak kepala [Name] dengan lembut.
[Name] mengangguk. Ia menarik pita yang terikat pada kotak, lalu membukanya dengan mudah karena sama sekali tidak diberi lem perekat. Kemudian, ia tercengang saat menemukan dua lembar tiket pesawat di dalamnya.
"Untuk apa ini?" tanya [Name] heran. Ia meraih tiket itu dengan sebelah tangannya yang tidak memegang kotak, lalu Oikawa segera mengambil alih kotak yang dipegang [Name] agar lebih leluasa.
Setelah dengan teliti membacanya, [Name] tahu bahwa itu adalah tiket untuk perjalanan dari Argentina ke Jepang, dua hari lagi.
"Tooru?"
"Ayo kita menikah." Oikawa mengucapkannya, ia menatap [Name] penuh kesungguhan. "Orangtua kita ada di Jepang dan mereka harus tahu. Mari kita menikah di sana, di hadapan orangtua tersayang kita, [Name]-chan."
Kedua mata [Name] berkaca-kaca saat mendengar lamaran itu. Wajahnya ikut merona, hendak menangis. "Tooru...."
"Oh ya, jangan khawatir. Aku sudah menemui bos-mu untuk izin cuti selama yang kita perlukan. Aku juga sedang tidak ada pertandingan dalam waktu dekat."
[Name] memegang erat kedua tiket tersebut di tangan, lalu memeluk Oikawa. Tidak peduli tubuhnya yang mungkin bau karena belum mandi selepas bekerja, ia mulai terisak haru dalam pelukan kekasihnya.
"Terima kasih, Tooru. Aku sangat bahagia," katanya.
Entah sejak kapan Oikawa sudah melepas kotak yang sedang dipegangnya, membiarkan benda itu jatuh ke tanah. Membalas pelukan [Name] adalah yang terpenting saat ini. "Aku juga bahagia bersamamu, [Name]."
Setelah beberapa saat mereka berpelukan, Oikawa yang lebih dulu melepasnya. Ia memegang kedua lengan [Name] sejenak, sebelum berlutut di hadapannya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru dari saku celana. Dibukanya kotak itu, menunjukkan cincin yang terbuat dari emas putih, tampak berkilau di bawah penerangan lampu jalan.
"Well, kau mungkin berpikir aku mengikuti adegan film. Itu benar." Oikawa tidak bisa menahan diri untuk tertawa, ia bahkan tidak gugup. "Jadi, maukah kau menikah denganku?"
Oh, ya ampun. Mereka sedang ada di luar gedung tempat [Name] bekerja. Di pinggir jalan. Banyak orang yang mulai memperhatikan mereka, beberapa di antaranya mengenali wajah Oikawa sebagai atlet yang sering muncul di berita olahraga.
Oikawa selalu menarik perhatian.
"Ya." [Name] menjawab. Sebanyak apa pun perhatian yang ditujukan kepada Oikawa, ia tidak peduli lagi. Yang terpenting adalah perhatian lelaki itu hanya untuknya. Cinta Oikawa untuk [Name]. "Ya. Aku mau."
Oikawa tersenyum lebar sekali, lalu meraih tangan kanan [Name] untuk memakaikan cincinnya.
"Aku mau menikah denganmu meski kau membawa banyak kotak hari ini," canda [Name].
"Hanya dua." Oikawa berkata, sesaat sebelum mencium punggung tangan [Name]. Cincin lamarannya telah terpasang cantik pada jari manis. "Aku tidak tahu bagaimana mengemasnya, aku hanya memilih cara termudah."
"Berdirilah." [Name] berucap sambil tertawa manis, lalu memandang sekitarnya. Tidak heran ada yang diam-diam memotret mereka, dan mungkin besok pagi mereka akan muncul dalam berita olahraga: seorang atlet voli bernama Oikawa Tooru akan menikah!
Selama ini, [Name] yang mencari dan menulis berita. Ia bekerja untuk itu selama beberapa tahun. Siapa yang mengira jika ia akan menjadi subjek berita itu sendiri?
Oikawa berdiri di hadapannya. Lelaki ini istimewa. Tidak ada salahnya bila ia membuat sedikit sensasi, kan? Toh, hal ini akan segera diketahui banyak orang.
"Hei." [Name] tersenyum, ia mendekat sehingga hanya berjarak selangkah. Lalu berkata menyerupai bisikan agar hanya Oikawa yang bisa mendengarnya, "cium aku."
Dan Oikawa menciumnya.
Ini akan menjadi kabar terhangat esok hari.
♡
TAMAT.
author note: terima kasih banyak telah membaca sampai bab terakhir! kritik dan saran untuk ceritaku selalu terbuka, sampai jumpa pada karya lainnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Habromania : Oikawa Tooru
FanficFANFICTION ─ Ia menciumnya. Tanpa peringatan, tanpa pertanda. "Jangan bilang kamu mencintaiku, Oikawa-kun. Kamu tidak cocok berbohong." Habromania (n.): delusions of happiness. Sejak Agustus 2020 Ditulis oleh Himawari Natalia Haikyuu, Haruichi Furu...