Hukuman

94.4K 5.2K 1K
                                    

☆☆ Chapter 18: Hukuman ☆☆

Cinta itu.. seperti kertas putih yang polos.
Dan hubungan.. bagaikan pena yang akan menghiasinya.

Lalu cinta itu akan menjadi lembaran-lembaran dengan berbagai emosi dan rasa yang tertuang didalamnya. Menjadi seseorang lebih bersemangat menjalani kehidupan karenanya, menjadi seseorang lebih dewasa karenanya, menjadi seseorang terpuruk karenanya, menjadikan seseorang lebih kekanakan karenanya dan yang lainnya. Termasuk menjadikan orang buta karnanya..

Terlalu banyak menuangkan keegoisan dan ambisi membuat 'kertas' itu menjadi 'hitam'..

[Davi's POV]

Gue berdecak kesal buat kesekian kalinya saat mendapati nomor Kiky atau Nia yang gue hubungin gak aktif. Kemana aja sih mereka sampai jam segini gak pulang. Pake acara matiin HP lagi. Gue menekan nomor Kiky sekali lagi buat menghubunginya, tapi yang muncul malah suara cempreng mbak-mbak operator.

Sial!!!

Gue menoleh saat pintu depan kebuka. Berharap itu Kiky yang pulang. Bakalan gue omel-omelin dia gak peduli kalau ntar mewek. Tapi sialnya yang muncul malah dua kunyuk yang gue tanyain keberadaan atau kabar dari Kiky dan Nia.

"Mereka dah pulang?" Tanya Raskal panik.

Gue menggeleng sebagai jawaban.

"Dah hubungin mereka?" Haris bertanya. Dia nampak ngos-ngosan dibanding Raskal.

"Nomornya pada gak aktif."

"Sial!! Harusnya kita gak biarin mereka pergi berduan doang." Haris menggeram kesal.

Gue cuma diem. Perasaan gue dari tadi gak enak. Takut hal buruk terjadi sama calon tunangan gue. Oh God! Masa baru mau resmi gue dah jadi calon jopi. Jomblo ditinggal pergi, iih amit-amit!!

"Ya udah sekarang kita cari mereka!" Usul Raskal.

"Kemana? Gue bahkan gak tau mereka pergi kemana." Ucap gue kesel.

"Gue tau." Gue noleh keHaris yang bilang gitu. Lalu memplototinya. "Gue dipaksa Nia buat tutup mulut!!" Sanggahnya.

Akhirnya kami memutuskan pergi buat nyari mereka. Kiky semoga lo gak kenapa-napa!!!

***

[Kiky's POV]

Sakit dan dingin itulah yang kurasakan sekarang..

Terdengar suara beberapa orang yang tidak begitu jelas. Kepalaku berdenyut sakit sementara mataku terasa berat untuk kubuka.

Bau amis menyambut indra penciumanku ditambah lantai yang kududuki terasa kasar. Seolah-olah kotor karena pasir. Lalu suara teriakan mulai terdengar. Menggema ditelingaku.

".. ngun!"

"Bangun!"

"GUE BILANG BANGUN!!!"

BYUURRRR!!!!!

Aku segera terkesiap bangyun dan mengerjap saat merasakan sebuah siraman diwajah dan tubuhku. Membuatku semakin merasa kedinginan. Suara ember jatuh terdengar diikuti suara seorang wanita.

"Akhirnya lo bangun juga." Ucap wanita kesal.

Sepasang kaki jenjang menyambutku begitu aku membuka mata. Bibirku bergetar dan meringis saat merasakan kedinginan dan kepalaku yang berdenyut sakit. Kudongakan kepalaku untuk melihat wanita itu.

Namun karena cahaya lampu yang menyilaukan dibalik bayangannya membuatku menyipit dan sulit melihat jelas. Lalu sebuah tamparan mendarat disisi wajahku.

My Beloved BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang