Special Chap: About Kiky

118K 7.6K 423
                                    

A/N: Di chapter ini menceritakan kehidupan Kiky dulu dan bagaimana dia bisa terjebak pertunangan gila itu.

☆☆ Chapter 9: About Kiky ☆☆

[Kiky's POV]

"Anak mama yang cantik."

Itulah kalimat yang paling sering mama ucapkan sejak dulu. Sejak awal aku tak tahu siapa ayahku. Orang itu tak pernah ada dari awal aku mulai tahu siapa itu ibu dan ayah, serta kemana menanyakan orang itu, dia tak ada. Bahkan mama bilang orang itu tak pernah ada.

Awalnya aku tak mempermasalahkan mama menyebutku begitu. Menggunakan kata 'cantik' untuk mendeskripsikan diriku. Memakaikan ku pakaian dan benda-benda yang membuat kata cantik ditambah manis keluar dari bibirnya. Selama ia terus tersenyum bahagia seperti itu aku tak mempermasalahkan apa pun.

Mamaku sebenarnya berasal dari keluarga berada, namun karena suatu alasan ia diusir oleh keluarganya dan merawatku seorang diri. Hanya satu orang yang sering datang kerumah kami, tante Aleshya. Wanita cantik yang merupakan model itu sering datang untuk menengok mama atau sekedar bermain denganku.

Dia dan mama senang sekali memakaikan benda-benda itu padaku, dan berteriak girang bagaimana cantik dan manisnya aku. Tapi tak jarang tante Aleshya memandangku prihatin. Pandangan yang aku tak mengerti kenapa.

Lalu, saat mulai memasuki taman kanak-kanak dan mengenal anak seumuranku, aku mulai tahu bahwa kata cantik tak pantas untukku. Kata itu hanya pantas untuk mereka yang memakai seragam dengan rok. Bukan bercelana sepertiku. Aku pun tahu benda-benda yang biasa dipakaikan untukku seharusnya tak dipakaikan padaku. Dan aku mulai menolak saat mama kembali memakaikannya padaku.

"KATA SIAPA INI SEMUA TAK PANTAS UNTUKMU!!!" Bentaknya murka. Membuatku takut saat aku yang biasa melihatnya tersenyum kini berteriak padaku.

"INI SEMUA ADA UNTUKMU!! HANYA KAU YANG PANTAS UNTUK MEMAKAINYA!! HANYA KAU!" Mama berteriak didepan wajahku. Aku takut. Aku takut melihat mama seperti ini. Membentaku dan mulai melayangkan tangannya berkali-kali padaku. Aku takut.

Aku hanya bisa minta maaf seraya menangis ketakutan. Tapi tangisku berhenti begitu mama mulai menangis. Ia menangis pilu dan menyebut-nyebut nama seseorang yang tak kukenali. Melihatnya menangis seperti itu membuat rasa bersalah hadir padaku. Mama yang kusayang dan menyangiku menangis karena aku. Aku tak mau tidak melihat senyumnya lagi dan digantikan dengan tangisan pilu.

Akhirnya aku mulai menuruti bila ia melakukan itu lagi. Setelah kejadian itu mama memberhentikanku dari taman kanak-kanak dan melarangku bermain dengan anak sesusia ku.

Lalu kejadian itu terulang kembali. Saat aku menginjak sekolah dasar dan teman-temanku mengejekku banci. Aku tak suka disebut begitu hingga akhirnya mama murka dan kembali membentaku. Setelah itu mama memindahkanku kesekolah yang baru, dan aku sebisa mungkin menutupi semuanya. Semua tentang kebiasaan ibu dan diriku, berusaha senormal mungkin menjadi anak seusiaku menurut gendernya.

Dua tahun berlalu aku bisa menutupi semua tentang diriku dari teman-teman dan bersikap biasa. Meski kebiasaan mama tak pernah berhenti dirumah. Tapi kemurkaannya kembali muncul. Saat itu aku baru pulang bermain bersama teman-temanku.

Teman sebangkuku mengajakku bermain sepulang sekolah. Ia memaksaku bermain sepak bola. Biasanya aku menolak tapi karena rasa penasaran akhirnya aku menyetujuinya. Dan akhirnya aku pulang sore hari dengan seragam kotor.

"KAU TAK BOLEH BERMAIN SEPERTI ITU!!!" Mama berteriak murka. Ia menyeretku ke kamar mandi setelah memukulku hingga jatuh tersungkur. "PERMAINAN SEPERTI ITU DAPAT MERUBAHMU!! KAU AKAN TINGGI DAN BERBADAN BESAR DENGAN MENJIJIKAN. BAU!!" Ia menyiramku dengan kasar.

My Beloved BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang