His Body Errrr~

149K 8.5K 801
                                    

Nao tau judul chapter kali ini gimana gitu XD
Tapi itu dikarena Nao bingung nentuin apa yang cocok. Apa lagi ada kejutan di akhir chap ;^)

Happy Reading all♡

☆☆Chapter 10: His Body Errrr~☆☆

[Kiky's POV]

Rasa sakit dan ngilu segera merajamku begitu aku tersadar. Cahaya menyilaukan menerpa mataku membuatku mengerjap beberapa kali. Aku mengerang kesakitan saat berniat bangkit.

Kurasakan sentuhan dibahuku, dan Davi menatapku cemas. Refleks aku menepak tangannya menjauh dariku. Aku tak tahu kenapa, tapi rasa takut dan kecewa menyerbuku saat tahu dia ada didepanku.

Davi memandangku kaget lalu berubah pilu. Ia terdiam menunduk menghindari tatapan heranku padanya. Suasana berubah hening, sampai pintu tiba-tiba terbuka. Menampilkan Nia yang kaget melihatku.

Kusadari ini bukan kamarku dirumah Davi. Didindingnya bercat putih dan sedikit lebih kecil dari kamarku. Ranjangnya kecil dengan selimut berwarna hijau. Ini.. kamar dirumah sakit?

"Lo dah sadar Ky? Oh thanks God!" Nia segera memeluk meski tidak erat. Dia mengucapkan syukur berkali-kali. "Dav." Panggilnya pada Davi kemudian.

Davi yang sedari tadi menunduk kini tersentak. Ia menatapku ragu dan mulai berbicara. "Gue minta maaf.. sumpah gue gak bermaksud nyakitin lo."

Apa yang dia bicarakan?

"Gue emang sempet berpikir gitu. Tapi bukan maksud nyalahin lo juga. Gue.."

"Apa yang terjadi?" Potongku. Nia dan Davi menatapku. "Kenapa kau meminta maaf? Kenapa aku berada disini? Bukankah kita sedang ditaman bermain?"

Ya seharusnya kami akan pulang dari taman bermain.

***

[Davi's POV]

"Hilang ingatan sebagaian?" Ucap Nia mengulang perkataan dokter tidak percaya.

"Ya. Ini terjadi karena trauma atau stres berlebihan. Alam bawah sadar akan menghapus hal-hal yang menurutnya tak perlu atau menyakitkan." Jelas dokter.

Gue cuma diem. Gak tau harus bereaksi gimana. Kaget dan shock pokoknya. Jadi Kiky gak mau nginget itu semua. Kejadian-kejadian menyakitkan sepulang dari taman bermain. Berarti Kiky juga ngelupain kalau dia nerima perasaan gue dan ngebales ciuman gue.

Entah kenapa itu bikin gue sakit hati. Gak terima tuh anak kalau ngelupain dua hal itu. Tapi juga gak mau dia inget kata-kata gue yang nyakitin dia.

"Hmm berarti setiap kejadaian yang gak pengen dia inget dia busa meresetnya gitu. Keren juga sekaligus menyedihkan." Ucap Nia ketika kami kembali ke kamar Kiky.

"Tapi dia harus di shutdown dulu alias bikin dia drop buat ngereset itu." Tanggap gue. Buka pintu kamar Kiky.

"Hahaha kok bisa ya ada yang kaya gitu?!"

Gue nyuekin omongan Nia. Karena pusat perhatiaan gue tertuju sama Kiky yang lagi duduk ngeliat keluar jendela. Jendela yang terbuka membuat angin beserta cahaya senja disore hari menerpa dirinya. Rambutnya bergerak lembut.

Entah hanya perasaanku atau memang sebenarnya begitu. Kiky terlihat indah sekaligus rapuh. Indah dengan semua efek yang ada dan rapuh karena ekspresinya yang terlihat lesu.

Kiky menyadari kehadiran kami dan menoleh. Saat pandangan kami bertemu rasa kecewa kembali terlihat dimatanya. Seperti hari dimana gue membuat dia menangis dan terjun dari balkon. Apakah sebenarnya ia tak melupakan semua hal itu? Atau tak bisa.

My Beloved BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang