Dendam!

105K 5.6K 805
                                    

☆☆ Chapter 17: Dendam ☆☆

Sudah lebih dari dua hari dia berada didalam kamarnya. Ruangan yang kini selalu gelap itu nampak berantakan dengan barang-barang yang bertebaran dilantai. Begitu juga sang pemilik yang tengah terbaring diatas ranjangnya.

Sudah seharian ia tak bangkit dari ranjangnya. Rambutnya nampak kusut dan kusam, ditambah bau tak sedap tercium darinya. Matanya sembab dan merah menandakan ia telah menangis seharian. Ditangannya terdapat secarik kertas undangan yang telah lecek dan tak berbentuk.

Rintihan memilukan sesekali meluncur dari bibirnya. Dan air mata kembali menetes membasahi wajahnya.

"Gue dah kasih semuanya.." gumamnya dengan pilu. "Hati, tubuh, dan kesabaran."

Dia mengeratkan remasan pada kertas yang ada digenggamannya. Giginya bergemelutuk menahan emosi saat ini.

"Gue rela berbagi dengan yang lain asal lo gak dimiliki siapa pun.. kecuali gue." Dengan lemas dia bangkit bangun dan duduk diatas ranjang.

Penampilannya sangat kacau. Bahkan ibunya pun dapat terkena serangan jantung bila melihatnya saat ini.

"Tapi kenapa lo harus milih dia.." tangannya terulur mengambil gunting disamping bantal. "KENAPA LO GAK MILIH GUE!?"

Brreeekk

Ditancapkannya gunting itu pada bantal dan menariknya kasar. Menimbulkan robekan besar pada benda itu. Namun ia tak berhenti dan mulai menancapkan gunting itu berkali-kali pada bantal itu.

"KENAPA LO GAK PERNAH LIAT GUE!!"

JLEB

"KENAPA LO GAK PERNAH SADARIN PERJUANGAN GUE!"

JLEB

"LO HARUSNYA MILIK GUE!!"

JLEB

"GAK BOLEH ADA YANG MILIKIN LO SELAIN GUE!!"

JLEB

"GAK BOLEH ADA!!!!"

JRAAAZZ!!

Darah segar keluar dari paha yang tertancap benda tajam itu. Membuatnya gemetar saat mencabut guntingnya.

Cairan berwarna merah pekat mengalir menetesi sprei ranjang seiringnya air mata yang tak kunjung berhenti. Rasa sakit dipahanya tak sesakit rasa yang merejam hatinya. Membuat ia frustasi memikirkannya.

Diiusapnya paha yang terluka itu hingga darahnya mengotori tangan. "Gak boleh ada yang milikin lo selain gue.." Tangannya yang kotor akan noda darah mengusap wajahnya sendiri.

Dia memejamkan mata merasakan aroma amis melumuri wajahnya. Lalu mata itu terbuka dengan tiba-tiba menampilkan iris biru kelamnya. "Termasuk cowok itu.."

***

[Davi's POV]

"CIEEE YANG MAU KAWIN!!!" Teriakan Nia menggelegar diruang kelas begitu gue sama Kiky masuk.

Nia lari dari tempat duduknya lalu melemparkan tubuhnya ke Kiky yang untungnya ditangkap dengan sigap. Tangannya melingkari leher Kiky dengan nyaman. Bikin gue cemburu ngeliatnya.

"Gue dah liat undangan kalian. Gak nyangka secepat ini." Ucap Nia dengan menggebu-gebu.

Gue memutar bola mata dengan bosan. "Kami gak kawin. Cuma mengadakan acara pertunangan secara resmi."

"Iya. Menikahnya nanti, mungkin 5 tahun lagi." Ucap Kiky menanggapi.

"HAH?!" Bukan cuma Nia yang kaget, tapi gue juga.

My Beloved BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang