Pengakuan

157K 11K 1.8K
                                        

Nao ucapkan terimakasih untuk yang udah votment or fan chapter2 sebelumnya. Seneng banget baca koment2 kalian dan dapat vote juga XD
Nao tau cerita Nao banyak kekurangan dan jauh dari kata baik, tapi Nao harap kalian menikmatinya saat membacanya. Nao akan sela--

DUAGH!!! *Dilempar batu bata*

Davi: Banyak cincong lo thor!! Kapan dimulai nih cerita?!

Ck!! =____="
Karakter kurang ajar!! Ya udah.. Happy Reading Minna~

☆☆ Chapter 5: Pengakuan ☆☆

[Davi's POV]

Begitu bel istirahat berbunyi Nia segera menarik tanganku dan Kiky kekantin. Wanita itu memaksaku untuk menjelaskan semuanya kenapa Kiky bisa tinggal serumah denganku. Dan yang membuatku sebal Haris juga mengikuti kami.

"Karna gue juga butuh penjelasan." Terangnya saat aku bertanya kenapa ia juga ikut dalam percakapan ini. Akhirnya dengan setengah hati aku menceritakan semuanya. Meski tak jarang aku melirik Kiky yang duduk berdampingan dengan Haris.

"EEHH?!" Nia berteriak kencang begitu aku selesai bercerita. Membuat beberapa pasang mata memandang kami. Dasar cewek sableng cempreng. "Jadi kalian.." Dia membungkukkan badan dan berbisik. "Sesama lelaki bertunangan?"

"Tidak!" Sangkalku cepat. "Kan udah gue bilang kalau gue gak menyetujuinya!!" Desisku. Tentu saja aku tak akan menyetujuinya.

Nia dan Haris koor ber-ooh. Lalu mereka menatap Kiky yang sedari anteng dengan HP dan jusnya. "Lalu gimana sama lo Ky? Kok mau aja dijodohin ama cowok brengsek macam Davi." Perkataan Nia menohokku. Kupelototi dia, namun gadis itu cuek bebek.

"Karena itu wasiat ibu ku." Ucap Kiky.

"Wasiat?" Aku dan Nia berucap bersamaan.

"Ibu bilang akan tenang meninggalkanku jika aku ada yang melindungi. Lalu disaat bersamaan nyonya Aleshya, ibu Davi, menawarkan pertunanganku dengan anaknya. Yang langsung disambut gembira oleh ibuku. Kenyataan bahwa aku lelaki terlupakan oleh dua wanita itu."

Mendengar kalimat terakhir cerita Kiky membuatku meringis. Mengingat saat aku salah mengira bahwa dia perempuan tomboy. Siapa suruh punya wajah cantik dengan tubuh mungil.

"Lalu ibu lo sekarang?" Nia kepo.

"Dia sudah meninggal seminggu yang lalu."

"Oh maaf." Ucapku, Nia dan Haris bersamaan. Tapi tetap saja jika itu alasannya pertunangan ini tak dapat kuterima. Lagipula ibuku juga konyol, melupakan bahwa Kiky seorang lelaki.

"Terus masalah Natha?" Pertanyaan Haris menarik perhatiaanku. Bukannya menjawab Kiky justru memberikan ponselnya pada pria itu. Membuat Haris membaca sesuatu yang terdapat disana seorang diri.

"Ooh.." Dia menyerahkan ponsel itu lagi pada Kiky dan menatapku dengan seringaian.

"Apaan sih?" Nia masih kepo. Lalu saat Haris menyuruhnya mendekat dan berbisik lagi-lagi gadis itu berteriak kencang. Dia menoleh dan memandangku dengan pandangan kasihan. Kurang ajar!

"Mungkin ini karma buat lo Dav.." Ucap gadis itu prihatin lalu menepuk pundakku. "Udah dijodohin ama cowok dapat bonus anak pula."

Rahangku terasa jatuh mendengarnya. Menoleh pada Kiky dan menatapnya tajam. Pemuda itu menceritakan status Natha pada mereka. Bukannya takut Kiky justru tersenyum.

"Denger Dav, lo dah gak single lagi.  Dah ada anak pula, jadi jangan maen-maen ma cewe lagi lah." Ucap Haris sok bijak.

"Gue bilang gue gak terima pertu.."

My Beloved BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang